KEPOLISIAN Iran pada Senin (19/9/2022) menyebut kematian Mahsa Amini sebagai "sebuah insiden yang disayangkan terjadi" dan diharapkan tidak akan terulang lagi, demikian dilaporkan kantor berita semi-resmi Iran Fars.
Mahsa Amini yang baru berusia 22 tahun mengalami koma lalu meninggal dunia setelah penangkapannya di Teheran oleh polisi moral pada minggu lalu.
Kematian Amini memicu protes di seluruh negeri. Mereka sangat marah dengan perlakuan pasukan keamanan negara terhadap perempuan. Masyarakat bahkan menyebut polisi sebagai pengecut.
Pada Sabtu (17/9/2022), polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan warga yang berunjuk rasa di depan kantor Gubernur wilayah bagian barat Iran. Mereka menggelar protes setelah menghadiri pemakaman Amini.
Polisi mengklaim Amini meninggal dunia akibat serangan jantung. Ia pingsan di kantor polisi lalu dibawa ke rumah sakit Kasra di Teheran. Polisi mengatakan Amini tiba di rumah sakit tanpa tanda-tanda kehidupan vital. Namun keluarganya menegaskan Amini tidak punya riwayat penyakit jantung.
"Pihak berwenang menyatakan putri saya mengidap kondisi medis yang kronis. Saya menyangkal hal itu karena putri saya sehat dan tidak ada masalah kesehatan," ujar ayah Amini, seperti dilaporkan Emtedad, Minggu (18/9/2022)
Pihak kepolisian menolak tudingan masyarakat yang marak di media sosial tentang petugas polisi memukuli Amini.
Pascameninggalnya Amini, para tokoh terkemuka juga selebritas ramai-ramai mengecam tindakan kepolisian. Pengadilan Iran kemudian menurunkan penelitian atas kematian Amini atas perintah Presiden Ebrahim Raisi.
Jilbab dan polisi moral
Jilbab memang diwajibkan bagi perempuan Iran sejak Revolusi Islam tahun 1979. Para polisi moral bertugas menegakkan aturan berpakaian yang ketat.
Dalam beberapa tahun terakhir, polisi moral sudah mendapat banyak kritik atas perlakuan mereka terhadap perempuan muda. Terlebih bagaimana mereka memaksa perempuan untuk masuk ke mobil polisi.
Pada gelombang protes puluhan perempuan melepas jilbab secara terbuka di tahun 2017, pihak berwenang mengambil tindakan yang lebih keras.
Hal itu mendapat perlawanan dari partai politik reformis Etemad Melli, yang mendesak dewan perwakilan rakyat Iran untuk membatalkan UU wajib jilbab. Parpol tersebut juga meminta Presiden Ebrahim Raisi untuk menghapus pasukan polisi moral.
Penting diketahui bahwa dakwah Islam adalah rahmatan lil 'alamin yang penuh dengan kesejukan dan kedamaian, terlebih lagi dalam mengajak umat Muslim kepada pemberlakuan syariah Islam.
Agar masyarakat mematuhi aturan yang ditetapkan, seharusnya pemerintah mengedukasi masyarakat tentang hakikat jilbab dengan cara yang elegan disertai dalil dan alasan mulia di balik penetapan aturan tersebut. Dari situlah kesadaran masyarakat akan terbentuk dan mengakar kuat.
Sayangnya, sejumlah negara menjadikan syariah Islam sebagai undang-undang namun perbuatan dan tindakan yang dilakukan para penguasa, pejabat, dan aparatnya jauh dari nilai-nilai Islam yang bermartabat.
KOMENTAR ANDA