TUGAS kantor yang menumpuk, pekerjaan rumah yang tak kunjung selesai ditambah beberapa masalah lain yang harus dipikirkan seringkali membuat kita rentan terkena stress. Dan seringkali kita menutupi hal tersebut di depan anak-anak dengan alasan tidak ingin mengganggu proses pertumbuhan dan perkembangan jiwa mereka.
Ternyata menutupi stress di hadapan anak akan membuat hubungan antara orangtua dan anak menjadi kurang hangat dan kurang terikat secara emosional, hal itu malah akan memicu stress pada anak.
Bagaimana cara memberi tahu kondisi kita kepada anak agar mereka paham tanpa membuat mereka juga merasakan stress?
Cara memberi tahu anak saat orangtua stress
Ternyata bersikap seolah-olah kita baik-baik saja, pada saat sedang dilanda stress akan membuat jiwa semakin tertekan dan emosi tidak stabil. Akibatnya kita akan menjadi mudah frustasi dengan banyak hal misalnya pada tingkah laku anak yang sedang berada pada fase berkembang dan bereksplorasi, sehingga sering melakukan hal-hal yang membuat kesal dan gemas.
Alih-alih membuat situasi rumah semakin baik, menutupi stress malah dapat memicu meledaknya tumpukan emosi kita dan melampiaskannya kepada anak-anak. Situasi rumah akan menjadi panas dan kacau.
Untuk itu penting bagi kita mengkomunikasikan situasi dan kondisi yang sedang dirasakan kepada anak. Tentunya hal-hal yang disampaikan harus disesuaikan dengan usia dan menggunakan bahasa yang dapat dipahami oleh mereka.
Misalnya : “Bunda sedang kelelahan di kantor, bunda ingin istirahat dulu. Kakak dan adik mainnya yang akur ya.”
atau “Ayah sedang agak sibuk, karena tugas kantor ayah harus selesai besok, kakak dan adik jangan berisik ya.”
Sebagian orangtua tidak ingin mengungkapkan kondisi emosional yang sedang mereka rasakan kepada anak-anaknya, karena tidak ingin sang anak juga merasakan sedih dan stress
Tetapi dikutip dari jurnal pada laman thegeniousofplay.org, ketika kita mengatakan kondisi stress yang sedang kita alami, mereka dapat bersikap adaptif dan lebih tangguh dari yang kita pikirkan.
Anak-anak akan berempati dengan kondisi perasaan yang sedang kita rasakan dan mereka cenderung akan berusaha untuk tidak mengganggu, bahkan menghibur kita.
Jadi kita tidak perlu menutupi kondisi emosional yang sedang kita rasakan, yang akan membuat kita menjadi terpuruk bahkan menyalahkan diri sendiri. Yang harus kita lakukan hanya mengakui dan mengkomunikasikan emosi yang sedang dialami agar tidak menimbulkan dampak negatif pada anak dan keluarga.
KOMENTAR ANDA