DALAM suatu hubungan, pertengkaran bisa saja terjadi. Penyebabnya bisa berbagai faktor, seperti beda pendapat, prinsip, cemburu, atau bahkan karena perselingkuhan.
Cara menyelesaikan perselisihannya pun beragam, seperti mengajak berdiskusi menghindar sejenak, tapi ada juga yang mendiamkan sebagai bentuk hukuman bagi pasangan.
Mendiamkan pasangan sebagai bentuk hukuman dikenal dengan istilah silent treatment. Bagi pelakunya, cara ini dianggap efektif agar pasangan tahu bahwa ia sedang marah dan akhirnya pasangan mengakui kesalahan.
Memang, ada yang bilang diam itu emas. Tapi, silent treatmen berbeda dengan menunda pembicaraan. Bentuk hukuman ini lebih pada menolak membahas masalah yang ada, baik sekarang maupun nanti.
Karena tidak ada pembicaraan apapun, jadi tidak ada peluang buat kamu dan pasangan untuk saling memahami atau berkompromi dalam menyelesaikan masalah. Apabila dibiarkan terus berlanjut, dapat menggerogoti hubungan dan lama-lama bisa mengarah pada perpisahan.
Ciri Silent Treatment
Orang yang menggunakan silent treatment sebagai suatu kontrol dalam hubungan, biasanya akan melakukan hal-hal berikut ini:
- Bersikap dingin selama berhari-hari atau berminggu-minggu.
- Menolak berbicara, melakukan kontak mata, menjawab panggilan atau membalas pesan.
- Tidak mau menanggapi apa yang dijelaskan pasangan.
- Menekan pasangan untuk meminta maaf atau menyerah, agar mau berbicara lagi.
- Terus mengabaikan hingga pasangan merendahkan diri dan memohon.
- Menggunakan kemarahan dan permusuhan untuk membuat pasangan diam.
Peluang Kekerasan Emosional
Silent treatment bisa dianggap sebagai bentuk kekerasan dalam rumah tangga, karena bisa berubah menjadi kekerasan emosional. Bagaimana tidak, orang yang melakukan silent treatment akan merasa kuat dan punya kendali penuh.
Memang arti kekerasan di sini tidak melibatkan aktivitas fisik, hanya saja bagi orang yang menerimanya merasa bingung dan takut hubungan berakhir. Jika terjadi berulang kali, dapat menciptakan hubungan yang toxic dan abusive.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa sering diabaikan akan membuat pasangan merasa tidak berharga, tidak dicintai, terluka, bingung, tidak penting, mengurangi rasa memiliki bahkan berkontribusi terhadap depresi dan kecemasan.
Jadi, silent treatment banyak dipilih untuk mengatasi konflik dalam rumah tangga. Tujuan awalnya adalah agar perselisihan dapat cepat selesai dan tidak ada pertengkaran hebat.
Tapi, justru akan membuat pasangan menjadi tertekan dan cenderung depresi. Karena pada dasarnya, suatu permasalahan lebih baik dibicarakan dan diselesaikan, agar tidak menyisakan emosi-emosi yang suatu saat bisa saja meledak.
KOMENTAR ANDA