Di antara mereka yang mencerca dakwah Nabi Muhammad saw. adalah seorang wanita yang lisannya bak ular berbisa. Memanglah ini episode yang amat disayangkan, akan tetapi kenyataan pahit begini bukanlah untuk dipungkiri, melainkan amat berharga sebagai ibrah untuk kaum perempuan lainnya. Sekaligus pula membentangkan sikap berkelas Rasulullah tatkala diri beliau menjadi korban bullying kaum hawa.
Moenawar Khalil dalam buku Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Volume 1 (2001: 187-190) menceritakan:
Sesudah Nabi saw. mengadakan pertemuan yang kedua kali, Abu Lahab mulai bekerja sekuat tenaga, masuk kampung keluar kampung, untuk merintangi seruan Nabi saw. Dia dibantu oleh istrinya yang bernama Ummu Jamil.
Abu Lahab menghasut kaum laki-laki dari bangsa Quraisy dan bangsa Arab lainnya; Ummu Jamil menghasut kaum perempuan bangsa Quraisy dan bangsa Arab lainnya. Setiap hari dan malam mereka sibuk masuk kampung keluar kampung.
Hasutan itu di mana saja selalu menjelek-jelekkan Nabi saw. seperti; Muhammad itu jahat, Muhammad itu orang muda yang otaknya sudah miring, Muhammad itu pendusta besar, penyesat orang banyak, pembuat keributan orang-orang tua, serta pembuat keonaran pada orang banyak.
Pada suatu waktu jari tangan Nabi saw. kejatuhan sebuah batu dari atas, sehingga jari beliau luka dan bengkak. Beliau tidak mengetahui, siapa yang melemparkan batu itu. Luka dan bengkak itu sangat menyakitkan sehingga selama tiga hari beliau tidak keluar dari rumah karena demam.
Dalam pada itu Aura (istri Abu Lahab) datang ke rumah Nabi saw. dengan pura-pura hendak menengoknya, seraya berkata yang maksudnya mengejek beliau.
Katanya, “Muhammad, mengapa engkau tidak keluar-keluar dari rumah dan tidak membawa berita yang sangat ajaib? Saya menyangka bahwa setanmu sekarang telah meninggalkan kamu; karena aku tahu bahwa ia selama dua atau tiga hari tidak berkunjung kepadamu, dan barangkali Dia tidak sudi lagi mendekatimu atau barangkali Dia telah marah kepadamu.”
Ejekan Aura (yang terkenal dengan gelar Ummu Jamil) ini seketika itu tersiar di kalangan musyrikin Quraisy. Dengan demikian, mereka menambah ejekan itu demikian, “Oh, sekarang Muhammad telah ditinggalkan oleh Tuhannya karena Tuhannya telah memarahinya, maka sekarang dia sangat malu keluar dari rumahnya untuk menampakkan air mukanya.”
Begitulah pukulan telak yang diberikan kepada Rasulullah, sudah jelas beliau lagi kesakitan hingga berdarah-darah tetapi rasa sakit itu ditambahkan oleh Ummu Jamil sampai menusuk ke ulu hati beliau.
Kejahatan Ummu Jamil ini tidak dapat dipandang sebelah mata, sebab dia langsung meremukkan faktor mental. Terlihat dirinya yang dengan lisan tajam berupaya menggoyahkan keyakinan Rasulullah. Di sini terlihat pula Ummu Jamil mengobarkan perang mental yang memilukan. Bukan sekadar gangguan, melainkan dirinya paling gencar menggelar aksi-aksi yang menyakitkan hati.
Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur`an Jilid 12 (2001: 372) menerangkan:
Demikianlah kelakuan Abu Lahab dan istrinya, Ummu Jamil, yang mengobarkan peperangan yang sengit terhadap Nabi saw. dan dakwah Islam, tanpa kelembutan dan basa-basi sedikit pun. Sedangkan, karena rumah Abu Lahab berdekatan dengan rumah Rasulullah, maka gangguannya sangat berat.
Diriwayatkan bahwa Ummu Jamil biasa membawa duri dan meletakkannya di jalan yang biasa dilalui Nabi. Ada yang mengatakan bahwa perkataan “membawa kayu bakar” itu adalah kiasan terhadap segala usaha dan tindakannya mengganggu, menyakiti, memfitnah dan mencelakakan Nabi saw.
Aksi tebar duri dari Ummu Jamil memang keji sekali, sebab akan mencederai kaki Nabi saw. yang akan mengganggu gerak dakwah beliau. Jadi yang ditargetkannya bukan hanya luka di kaki tetapi bertujuan menghalangi perluasan agama Islam. Wanita itu mengira syiar Islam dapat dihambat dengan menganiaya utusan Allah.
Lisannya yang tajam menjadi senjata andalan Ummu Jamil dalam kampanyenya meruntuhkan semangat dakwah Rasulullah. Lidah tidak bertulang diandalkannya mencela dan menghina.
Ummu Jamil pun salah menduga, dikiranya ayat-ayat Al-Qur’an hanyalah rangkaian syair karangan Rasulullah. Karena memang sudah salah duga sejak awal, maka Ummu Jamil pun melakukan langkah yang salah pula dengan membuat syair-syair tandingan.
Akram Dhiya' AI-Umur pada buku Seleksi Sirah Nabawiyah (2022: 133-134) menerangkan:
Ummu Jamil binti Harb, istri Abu Lahab, tampil ke depan umum sambil menyanyikan bait-bait syair:
Si pencela nenek moyang kita
Mari kita tentang agamanya dan kita durhakai perintahnya
Ia melakukan itu di hadapan Rasulullah yang sedang duduk di teras masjid bersama Abu Bakar. Perempuan culas itu bertanya kepada Abu Bakar dengan nada meledek, “Jika benar Muhammad itu seorang nabi, tentu ia bisa membalas mengejeknya.”
Abu Bakar menghalaunya agar menjauh. Rasulullah saw. justru merasa gembira karena yang dicaci-maki oleh orang-orang musyrik lewat istri Abu Lahab yang culas itu adalah Si Pencela.
Beliau bersabda, “Apakah kalian tidak heran bagaimana Allah menghindarkan aku dari caci-maki dan kutukan orang-orang kafir Quraisy. Yang mereka caci-maki adalah Si Pencela, dan yang mereka kutuk juga Si Pencela. Bukan aku Si Muhammad.”
KOMENTAR ANDA