Kloset jongkok dan kloset duduk adalah dua jenis yang umum digunakan. Jenis kloset yang digunakan tidak hanya memengaruhi posisi buang air besar (BAB) penggunanya, tetapi juga kesehatan serta kelancaran BAB kita.
Dibanding kloset jongkok, kloset duduk mungkin terasa lebih nyaman untuk digunakan. Namun kalau dilihat dari segi kebersihan dan kesehatan, apakah kloset jongkok lebih baik?
Perkara kloset sebaiknya mulai diajarkan pada anak, di usia dini. Jika ia terbiasa dengan kloset duduk, maka ia harus diajarkan menggunakan kloset jongkok. Begitu pun sebaliknya, jika terbiasa jongkok, ajarkan ia untuk pandai pula menggunakan kloset duduk.
Mengutip Instagram @abah_ihsan_official, ini adalah perkara adaptasi. Dan tidak semua sekolah mengajarkan tentang balada kloset ini. Sebab, tidak semua sekolah memerhatikan dengan betul kondisi tiap-tiap klosetnya.
“Ternyata, ini bukan hanya sekadar masalah kebersihan fisik, tapi bagian dari cara beradaptasi bagi anak-anak. Selain mengajarkan anak bagaimana ber-kloset dengan benar, juga mendidik mereka untuk membersihkan dengan benar,” tulis Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari, parenting booster sekaligus digital creator.
Jika tidak diajarkan sedini mungkin, maka anak akan bingung bahkan tidak mau untuk BAB atau BAK di tempat umum. Misalnya, anak terbiasa BAB dan BAK di kloset duduk. Tapi karena di Indonesia umumnya memakai kloset jongkok, mereka menjadi jijik untuk BAB atau BAK.
Alhasil, anak lebih memilih untuk tidak BAB atau BAK. Lalu apa yang terjadi? Terlalu lama ditahan dan akhirnya tidak tahan, terpaksa BAB atau BAK di celana. Betul demikian?
Kelebihan Kloset Jongkok dan Duduk
Kloset duduk dan jongkok, masing-masing memiliki kelebihan. Jika kita berada di wc publik, tak semuanya menyediakan tisu dan cairan pembersih kuman. Maka, pilihan kloset jongkok dapat menjadi lebih higienis.
Tapi dari segi kenyamanan, jika memang bersih dan higienis, kloset duduk dapat menjadi pilihan.
Anak-anak selain harus dilatih dapat menggunakan kedua jenis kloset tersebut, mereka juga harus dilatih bagaimana menggunakan kloset dengan benar dan berbilas dengan benar. Tentu bagian ini melibatkan latihan juga di rumah oleh orangtua.
“Bagi saya, kemampuan berbilas ini bahkan jauh lebih penting dibandingkan dengan kemampuan membaca untuk anak usia dini. Karena di usia tertentu (7 tahun) kemaluan mereka tidak boleh lagi disentuh siapapun. Orangtuanya saja sudah tidak boleh, apalagi gurunya bukan?” ujar dia.
Mengapa usia segini sudah tidak boleh disentuh? Karena usia segini mereka sudah mulai merasakan sensasi atas stimulasi meski hormon-hormon seksual mereka belum berkembang.
Ini sebetulnya untuk membiasakan anak untuk dapat menjaga tubuhnya sendiri dengan baik sehingga mereka faham hanya diri mereka yang berhak menyentuh tubuh bagian dalam mereka, bukan yang lain.
Bukan hanya berbilas, tapi juga bagaimana membersihkan kembali dengan benar sehingga orang yang sesudahnya dapat menggunakan kembali wc dengan nyaman.
KOMENTAR ANDA