Sosok perempuan inspiratif dari Australia/ Net
Sosok perempuan inspiratif dari Australia/ Net
KOMENTAR

NAMA Fatima Payman tercatat dalam sejarah setelah ia terpilih menjadi anggota parlemen Australia berhijab pertama di Australia sekaligus yang termuda, di usianya yang baru menginjak 27 tahun. Tidak hanya itu, ia juga menjadi warga Australia kelahiran Afghanistan pertama yang berhasil menduduki jabatan tersebut.

“Tolong jangan panggil saya dengan sebutan ‘senator’ karena saya masih belum terbiasa dengan hal itu,” kata politikus Partai Buruh itu sambil tertawa, seperti dilansir ABC.

Terpilih dalam pemilu Australia pada Juni 2022, perempuan kelahiran Kabul, Afghanistan tahun 1995 itu mulai mengemban tugasnya sejak 1 Juli.

Pengungsi Afghanistan

Fatima datang ke Australia bersama keluarganya sebagai pengungsi dari Afghanistan pada tahun 2003. Ia kemudian dibesarkan di pinggiran utara kota Perth, tempat yang kemudian menjadikannya penyelenggara serikat pekerja.

“Kami memang selalu membahas politik di meja makan, tapi tak pernah membayangkan ini akan menjadi karier yang saya pilih,” kenang Fatima.

Menjadi anggota termuda ke-47 dalam parlemen, Fatima menyebut dirinya sebagai “perwakilan Australia modern” sekaligus politikus muda progresif.

Fatima mewakili hasil pemilu yang menunjukkan bahwa warga Australia menginginkan politik dilakukan dengan cara yang berbeda. Terbukti dengan terpilihnya sederet wajah baru yang akhirnya membentuk wajah parlemen yang paling beragam.

Fatima bertekad mengubah arus dalam politik Australia dengan mengikuti pemilihan federal 2022. Dia fokus berkampanye tentang masalah iklim, pemberantasan korupsi yang lebih bertaji, dan kursus TAFE (Technical and Further Education) gratis.

Menjadi anggota parlemen, jalan yang dilaluinya tak selalu mulus. Banyak orang yang meletakkan harapan mereka di pundaknya.

Fatima merasakan tekanan besar untuk mewujudkan harapan berbagai kelompok, termasuk komunitas Afghanistan dan Perth, pemuda Australia, perempuan, migran, dan mereka yang datang dari latar budaya dan bahasa berbeda.

Namun di balik tekanan tersebut, Fatima memahami betapa semua warga Australia ingin melihat diri mereka terwakili oleh para anggota parlemen.

“Sepuluh tahun lalu, apakah parlemen ini akan menerima perempuan berhijab untuk dipilih?” kata Fatima dalam pidatonya 27 Juli lalu.

“Bagi mereka yang menilai saya berdasarkan apa yang saya kenakan atau menilai kompetensi saya berdasarkan penampilan luar saya, ketahuilah bahwa hijab adalah pilihan saya,” tegasnya.

Ia pun menyampaikan harapannya kepada gadis-gadis muda Australia.

“Saya ingin kalian memutuskan untuk mengenakan hijab dengan bangga dan menyadari bahwa kalian punya hak untuk memakainya. Saya tidak pernah menilai orang lain dari apa yang mereka kenakan, dan karena itulah saya berharap orang tak menilai saya dari hijab yang saya kenakan.”

“Di mana pun Anda dilahirkan, tidak peduli dari negara bagian mana dan teritorial mana Anda berasal, apa pun yang Anda pilih untuk dipakai, tidak peduli apa yang Anda yakini, tidak peduli siapa pilihan yang Anda cintai, ketahuilah bahwa Australia adalah tempat di mana Anda semua dipersilakan (untuk menjadi diri Anda), dan Anda dapat menjadi bagian kolektif dari bangsa yang bersatu,” pungkasnya.




Perempuan Melek Literasi Keuangan Berperan Besar dalam Membangun Ekonomi Keluarga dan Negara

Sebelumnya

Menutup Tahun dengan Prestasi, dr. Ayu Widyaningrum Raih Anugerah Indonesia Women Leader 2024

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Women