KOMENTAR

SETIAP manusia akan berdebar-debar di Yaumul Mizan, ketika pahala dan dosa ditimbang, sebab terbuka peluang terjerumus ke neraka jika timbunan dosa teramat banyak.

Mestinya kaum muslimin perlu menyiapkan diri menyongsong kehidupan abadi di negeri akhirat, yang pilihannya adalah berlimpah kenikmatan surgawi atau siksa neraka yang pedih. Dan salah satu dari kedua pilihan itu ditentukan oleh hasil dari timbangan amal.

Kabar gembiranya, umat Islam punya keistimewaan. Kelak di mahkamah akhirat, kita bisa memperoleh syafaat dari Nabi Muhammad saw. yang membantu proses timbangan amal, sehingga memuluskan langkah kita menuju surga-Nya, insya Allah!

Lantas, apakah makna syafaat itu?

Abdu Muhsin al-Muthairi pada Buku Pintar Hari Akhir (2012: 291) menerangkan:

Kata al-syafa’ berarti ganda. Syafa’a-yasyfa’- tasyfa’ berarti memohon atau meminta. Kata isytasyfa’a bi fulan ‘ala fulan berarti meminta seseorang agar memohonkannya bantuan kepada seseorang.

Syafaat berarti menjadi perantara baik orang lain untuk mengusahakan kebaikan dan mencegah keburukan.

Dari pengertian ini dapat dipahami, terkait dengan syafaat, kita sebagai umat memohonan bantuan kepada Nabi Muhammad saw. agar berkenan mengajukan permintaan kepada Allah, supaya kita dipermudah adalah hisab Yaumul Mizan di akhirat, terhindar dari neraka dan masuk surga, amin!

Pada hakikatnya syafaat atau pertolongan yang tertinggi itu milik Allah. Namun, Nabi Muhammad saw. mempunyai syafaat khusus, sebuah ‘priviledge’ miliknya yang dapat dimanfaatkan untuk menyelamatkan umatnya.

3 jalan meraih syafaat Nabi Muhammad

Dengan amat bermurah hati, Rasulullah berkenan memberikan syafaatnya, yang akan memperlancar umatnya menuju surga. Dari itulah, penting sekali bagi kaum muslimin mengetahui tata cara mendapatkannya.  

Syaikh Mahmud Al-Mishri dalam Ensiklopedi Akhlak Rasulullah Jilid 1 (2018: 240) menguraikan:

Faktor terbesar (faktor pertama) agar kita meraih syafaat Nabi saw. adalah, menjauhi perbuatan syirik dan meyakini keesaan Allah Swt. Malah, Nabi saw. mengabarkan kepada umatnya bahwa kelak mereka akan memperoleh syafaatnya.

Nabi saw. bersabda, “Sementara aku menyimpan doaku sebagai syafaat bagi umatku pada Hari Kiamat. Insya Allah ia akan diberikan kepada umatku yang meninggal dan tidak menyekutukan Allah dengan apa pun.”

Faktor kedua yang akan membuat menerima syafaat Nabi saw. telah dikabarkan beliau dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, “Ketika kamu mendengar kumandang azan, ucapkanlah seperti apa yang diucapkan (muazin), kemudian bacalah shalawat kepadaku. Sungguh, orang yang membaca shalawat sekali atasku maka Allah akan memberikan shalawat padanya sepuluh kali. Setelah itu, mohonlah kepada Allah wasilah untukku. Sungguh, ia adalah derajat di surga, yang hanya diperuntukkan bagi hamba Allah tertentu. Aku berharap akulah orangnya. Siapa saja yang memohonkan wasilah untukku, ia berhak mendapatkan syafaat.”

Faktor syafaat yang ketiga yaitu membaca shalawat kepada Nabi saw. sepuluh kali pada pagi hari, dan sepuluh kali pada petang hari.

Rasulullah saw. bersabda, "Siapa saja yang membacakan shalawat kepadaku sepuluh kali pada pagi hari dan sepuluh kali pada petang hari, syafaatku akan menemuinya pada Hari Kiamat."   

Ternyata cukuplah mudah jalan demi meraih syafaat Rasulullah. Hanya saja jangan lupa memperhatikan faktor paling utama, yakni menjauhi perbuatan syirik dan meyakini keesaan Allah Swt. Ini merupakan kunci terpenting meraih syafaat Nabi, sebab walau bagaimanapun jua pertolongan Allah adalah di atas segalanya.

Ada syafaat Nabi saw. memang karunia yang melegakan hati, akan tetapi jangan sampai disalahartikan. Jangan sampai kita malah lalai beramal saleh atau malah banyak menumpuk dosa, dengan harapan kelak di akhirat bakalan mulus masuk surga cukup dengan mengandalkan anugerah syafaat Rasulullah.

Tidak, bukanlah demikian caranya memahami syafaat. Sama sekali bukan demikian!

Syafaat bukan berarti menghapus kewajiban beribadah dan beramal saleh, karena bantuan syafaat Nabi hanya berlaku bagi mereka yang istiqamah menjalankan kewajibannya sebagai muslim yang baik.

Adanya syafaat justru hendaknya mendorong kita makin semangat dalam beribadah dan beramal saleh, sehingga kelak syafaat itu benar-benar dilimpahkan oleh Nabi Muhammad saw. Intinya ialah syafaat itu adalah anugerah yang perlu diperjuangkan. 

Akhirnya, persoalan utama bagi yang mengharapkan syafaat Rasulullah di mahkamah akhirat adalah, apakah diri kita memang diakui sebagai umatnya oleh beliau?

Oleh sebab itu, teladanilah perikehidupan Nabi Muhammad, jalani kehidupan yang membuat beliau bangga dan berkenan mengakui kita sebagai umatnya.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur