TIDAK satupun orangtua yang menginginkan anaknya menderita suatu penyakit. Namun jika Allah sudah berkehendak, sebagai orangtua sudah sepantasnya memberikan yang terbaik untuk kesembuhan anak.
Seperti halnya yang dialami Asri Welas, berjuang demi mendampingi sang anak yang didiagnosa mengalami katarak kongenital, yaitu kelainan atau cacat bawaan yang ditunjukkan dengan lensa mata bayi keruh atau buram sejak lahir.
Jika tidak ditangani secara serius, kondisi ini berpotensi menyebabkan gangguan penglihatan hingga kebutaan.
Beruntung Asri mengetahui keganjilan pada diri si buah hati sejak usia dini. Kala itu, anak sulungnya Rajwa Gilbram Ridha Rahardja (Ibam) mengatakan bahwa adiknya tidak berkedip saat ditepuk di depan matanya.
Sontak suami Asri, Galiech Ridha Rahardja, memeriksa mata sang anak dan didapati ada blok putih yang menutup kedua mata Rayyan Gibran R Rahardja (Ibran).
Setelah dibawa ke dokter spesialis mata anak, didiagnosa bahwa Ibran mengalami katarak kongenital yang membuat penglihatannya terganggu dan harus menjalani operasi pengangkatan lensa mata.
Operasi berhasil dijalani, tapi Ibran diwajibkan menggunakan kacamata dengan lensa khusus, seumur hidup.
Jalani Terapi
Untuk membantu perkembangan Ibran, wanita 43 tahun ini mengikutsertakan sang anak menjalani terapi setiap hari. Mulai dari terapi untuk motorik kasar dan halus, serta terapi oral atau anal.
Ibran juga menjalani terapi frekuensi suara untuk menyeimbangkan virus-virus yang ada di mulutnya supaya hilang. Terapi-terapi tersebut sudah dijalani Ibran selama 5 tahun ini.
Asri begitu memerhatikan tumbuh kembang Ibran, begitu pula dengan kepercayaan dirinya. Terbukti, Ibran tumbuh menjadi anak yang percaya diri.
Di usianya yang sudah 5 tahun, Ibran menyukai beragam kegiatan, salah satunya renang.
Kini, Asri Welas dan Ibran bergabung dalam sebuah kegiatan sosial yang menyalurkan 2025 kacamata khusus untuk anak dengan katarak kongenital di pelosok Indonesia.
KOMENTAR ANDA