Kerumunan pesta Halloween di Itaewon, Seoul/ Asia One
Kerumunan pesta Halloween di Itaewon, Seoul/ Asia One
KOMENTAR

TRAGEDI pesta halloween yang terjadi di Itaewon, Korea Selatan, pada Sabtu malam (29/10/2022) yang menewaskan 154 orang membuat masyarakat dunia terhenyak.

Akibat tragedi tersebut, Presiden Yoon Suk Yeol menetapkan masa berkabung nasional.

Tragedi halloween Itaewon disebut menjadi yang paling mematikan setelah tenggelamnya kapal MV Sewol yang menewaskan 299 warga Korea Selatan di tahun 2014.

Di Itaewon, data terkini per 31 Oktober menyebutkan 154 orang meninggal dunia dengan 26 di antaranya adalah warga asing. Mayoritas warga yang meninggal adalah kaum muda berusia 20-an dan 98 korban meninggal adalah perempuan. Sementara itu, ratusan orang lainnya masih dalam perawatan.

Padatnya kerumunan di kawasan hiburan Itaewon diduga menjadi penyebab ratusan orang meninggal dunia karena kekurangan oksigen.

Lokasi kejadian adalah gang sempit menurun sepanjang 50 meter yang menghubungkan antara distrik kelab, bar, juga restoran yang sibuk dengan jalan utama. Diketahui bahwa enam orang dewasa hampir tidak bisa lewat di waktu bersamaan dalam gang tersebut.

Kepolisian setempat masih menyelidiki bagaimana 154 orang tersebut bisa meninggal dunia akibat serangan jantung mendadak.

Kisah duka dari negeri ginseng terkait kerumunan yang berdesak-desakan itu seolah mengingatkan kembali pada tragedi di stadion Kanjuruhan, Jawa Timur pada 1 Oktober lalu yang hingga kini masih dalam penyelidikan.

Berkaca pada dua peristiwa memilukan yang terjadi akibat berdesakan dalam kerumunan, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah mengatakan bahwa bahayanya adalah kekurangan oksigen yang mengakibatkan henti jantung.

Dalam kerumunan yang berdesakan, napas seseorang menjadi kurang lega dan ada risiko dada terhimpit yang membuatnya tidak mampu bernapas dengan baik. Ketika oksigen terganggu, tubuh pun kekurangan oksigen.

Kondisi tersebut diperparah dengan situasi tegang yang tidak terkendali, yang menyebabkan adrenalin mencuat. Karena itulah karbondioksida justru lebih banyak hingga pembuluh darah menguncup.

Hal itu menyebabkan oksigen tidak bisa dialirkan dengan baik akibat fungsi jantung yang memompa pembuluh darah dan pengantar oksigen pun kekurangan oksigen.

"Bayangkan jantung sebagai pompa tidak mendapat oksigen, ini yang menyebabkan terjadi henti jantung," kata dr. Vito Anggarino D., SpJP seperti dilansir ANTARA (31/10/2022).

Henti jantung tersebut terjadi akibat hipoksia (kekurangan oksigen dalam sel otot jantung yang menyebabkn detak jantung makin lambat hingga tidak adanya detak jantung).

Tanda-tanda awalnya adalah pusing, sesak napas, mata berkunang, hingga muncul keringat dingin dan rasa lemas. Tanda-tanda tersebut bisa berbeda antara setiap orang.

Jika hipoksia terjadi dalam enam menit, maka bisa terjadi kerusakan sel otak secara permanen.

Pertolongan pertama yang bisa diberikan pada orang yang terkena henti jantung adalah dengan resusitasi jantung paru (RJP) yang dikenal sebagai pijat jantung atau CPR alias cardiopulmonary resuscitation.

RJP dapat dilakukan tanpa memberikan bantuan napas dan mampu meningkatkan ketahanan hingga 40 persen.

Sementara untuk CPR, bisa langsung dilakukan ketika melihat orang bernapas tidak normal atau kesusahan, jangan menunggu sampai orang tersebut batuk-batuk.

CPR bisa dilakukan sesuai tata caranya untuk menolong mereka yang mengalami henti jantung, sambil menunggu petugas medis datang ke lokasi insiden.




Hindari Cedera, Perhatikan 5 Cara Berlari yang Benar

Sebelumnya

Benarkah Mengonsumsi Terlalu Banyak Seafood Bisa Berdampak Buruk bagi Kesehatan?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Health