Dr dr Diani Kartini, SpB (K) Onk dan Dr dr Diana Sunardi, M Gizi SpGK (K), pembicara talk show
Dr dr Diani Kartini, SpB (K) Onk dan Dr dr Diana Sunardi, M Gizi SpGK (K), pembicara talk show "Kanker Payudara Semakin Meningkat, Gen atau Pola Makan?", Sabtu (29/10)/Agung Hadiawan
KOMENTAR

KETAKUTAN menjadi kata inti ketika seorang perempuan diajak untuk melakukan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri). Beberapa kaum hawa mengaku pasrah jika memang Allah memberikan penyakit, sehingga tidak perlu melakukan tes atau pemeriksaan untuk mencari tahunya.

Kesiapan mental yang masih minim inilah yang menjadi tugas utama dari para tenaga kesehatan, untuk meyakinkan bahwa SADARI adalah hal penting untuk menyelamatkan nyawa perempuan-perempuan Indonesia. Sebab bukan rahasia lag, bahwa kanker payudara adalah penyebab kematian nomor dua terbesar di Indonesia.

“Di Australia, setiap musim panas dilakukan deteksi dini oleh petugas kesehatan di sana. Mereka itu keliling untuk memeriksa warganya, apakah ada kemungkinan mengidap kanker atau tidak. Pemeriksaan ini terkesan ‘memaksa’,” kenang wartawan senior Dian Islamiati Fatwa.

Memang, aku Dian, diagnosa mengidap kanker payudara adalah sebuah kenyataan yang amat berat. Bayang-bayang menjadi sosok perempuan yang tidak sempurna, begitu melekat.

Dian yang lama menetap di Melbourne, Australia, dan bekerja untuk kantor berita Australian Broadcasting Corporation (ABC) didiagnosa mengidap kanker payudara pada 2002.  Hingga operasi berakhir, dia masih belum bisa menerima kenyataan tentang kanker yang menyerangnya.

“Yang penting adalah kita menerima (kondisi kanker). Setelah itu, bersyukur dengan hadirnya orang-orang yang peduli pada kita. Dan ingatlah, sekalipun operasi mengharuskan kita (perempuan) kehilangan payudara, kita tetap cantik dalam ketidaksempurnaan yang ada pada diri kita,” kata Dian, saat menjadi pembicara talk show Kanker Payudara Makin Meningkat, Gen atau Pola Makan?, di Roemah Djan, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (29/10).

Menanggapi ini, Dr dr Diani Kartini, SpB (K) Onk menggarisbawahi bahwa salah satu tantangan besar dalam mengedukasi masyarakat mengenai kanker payudara adalah hoax yang marak, yang pada akhirnya membuat masyarakat ketakutan untuk memeriksakan diri secara medis.

“Jika melihat dari kenyataan di masyakarat, banyak pendapat yang mengatakan bahwa kanker payudara bisa disembuhkan dengan pengobatan tradisional, tanpa harus melakukan pengangkatan payudara. Jadinya, masyarakat umum memilih melakukan hal tersebut ketimbang pengobatan medis. Ini yang sangat berbahaya,” kata dr Diani.

Sebelumnya, Co-Founder dan Penanggung Jawab Farah.id, Teguh Santosa mengatakan, deteksi dini merupakan kata kunci yang harus diperhatikan dan dilakukan untuk menghindari dampak buruk dari kanker payudara.

Teguh berharap, Breast Cancer Charity Day ini dapat menumbuhkan kesadaran bagi individu dan keluarga untuk melakukan deteksi dini. Juga kesadaran bagi pemerintah untuk memberikan perhatian ekstra pada jenis penyakit ini dan pasien yang mengidapnya.

“Kanker bukan penyakit yang bisa diajak adu lari. Deteksi dini merupakan hal yang sangat penting, agar banyak jiwa bisa terselamatkan,” kata Teguh yang juga Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI).




Hindari Cedera, Perhatikan 5 Cara Berlari yang Benar

Sebelumnya

Benarkah Mengonsumsi Terlalu Banyak Seafood Bisa Berdampak Buruk bagi Kesehatan?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Health