Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

ADA kalanya kita mencium ‘bau yang tidak ada’. Maksudnya, sesaat kita mencium bau asap rokok padahal di sekeliling tidak ada yang merokok. Atau mencium aroma pandan, namun tidak ada satu orangpun yang membawa pandan.

Seringkali ‘bau yang tidak ada’ ini ditafsirkan pada kehadiran mahluk astral. Aroma pandan, misalnya, diidentikkan dengan kehadiran sosok mistis atau hal ghaib lainnya.

Tapi ternyata, ada penjelasan medis mengenai hal ini. Mencium ‘bau yang tidak ada’ ini dikenal dengan istilah Phantosmia, yaitu suatu kondisi yang menyebabkan seseorang dapat mencium bau yang sebenarnya tidak ada.

Phantosmia biasanya muncul sebagai bau-bau yang tidak sedap, seperti kabel terbakar, bahan kimia, hingga benda-benda busuk atau makanan basi. Kondisi ini terjadi secara sekilau atau konstan, tergantung masing-masing orang.

Seringkali Dikaitkan dengan Depresi

Pada dasarnya, phantosmia ini tidak berbahaya. Namun pengajar senior di Universitas Portsmouth Lorenzo Stanford mengatakan, phantosmia seringkali merujuk pada gangguan psikologis tertentu, seperti depresi.

Alasannya, phantosmia terjadi pada area otak peripheral. Otak ini berkontribusi dalam mengatur pengendalian emosi. Phantosmia juga bisa diakibatkan oleh masalah neurologis. Dan pada tingkat tertentu, orang yang sering mengalami phantosmia memiliki masalah kesehatan seperti tumor atau neuroblastoma.

Perempuan memiliki risiko tinggi mengalami phantosmia. Begitu pula dengan orang yang mengalami depresi, migrain, epilepsi, serta skizofrenia.

Mengatasi Phantosmia

Bagi sebagian orang, pemberian obat yang mengandung antidepresan dan anti epilesi, dinilai cukup efektif. Sementara dalam laporan Healthline disebutkan, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meredakan phantosmia ini:

  • Bilas hidung dengan larutan garam.
  • Gunakan semprotan oxymetazoline untuk mengurangi hidung tersumbat.
  • Semprotkan anastesi untuk mematikan sel-sel saraf penciuman.

Meski tidak mengancam nyawa, phantosmia dapat memengaruhi kualitas hidup penderitanya. Jika tidak diobati, kondisi ini bisa saja menyebabkan penurunan nafsu makan atau bahkan dehidrasi dan malnutrisi.

Jadi, saat kamu merasakan gejalanya, apalagi jika sudah cukup lama atau sering kambuh, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.




Apa Urgensi Vitamin D3 untuk Kesehatan Kita?

Sebelumnya

Dampak Buruk Terlalu Lama Menatap Layar TV dan Gawai Bagi Kesehatan Mata

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Health