KOMENTAR

SEORANG ibu sedang pusing memikirkan anak laki-lakinya yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Anaknya itu cerdas, pengetahuannya pun luas. Dia juga cepat memahami penjelasan guru.

Tapi saat melihat nilai-nilai yang ada di rapornya, sang ibu melihat deretan angka yang cukup baik, tapi dia tahu anaknya sebenarnya bisa memperoleh angka yang jauh lebih baik.

Si ibu bukan bermaksud bertindak otoriter dengan memaksa anak harus menjadi nomor satu dalam bidang akademik. Tapi dia ‘geregetan’ lantaran si anak sepertinya tidak mau belajar lebih giat dan seolah menganggap nilai yang didapat sudah yang terbaik.

Saat sang ibu mengatakan bahwa anaknya itu mampu dan bisa meraih nilai lebih baik, si anak menyatakan “sudah cukup”.

Bagaimana memotivasi agar anak bisa bersemangat untuk meningkatkan kualitas dirinya?

Dihubungi Farah.id, praktisi pendidikan Retno Ekapuri, S.Pd., M.Si menyebutkan tiga hal yang harus dilakukan orangtua terhadap anak yang tidak memiliki jiwa kompetisi dan seolah enggan memacu diri menjadi lebih baik.

Pertama, orangtua harus bersabar. Kesadaran untuk meningkatkan kualitas diri harus muncul dari diri anak sendiri. Yang terpenting bagi orangtua adalah membimbing anak dan terus menyemangatinya untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Kedua, orangtua harus mengenali diri anak dengan baik. Setiap anak memiliki karakter yang tidak bisa disamakan dengan anak-anak lain. Kakak-adik bahkan anak kembar sekalipun bisa memiliki pemikiran dan sikap yang berbeda.

Mengenali anak dengan baik akan membantu kita menemukan cara yang bisa diterimanya untuk memahami bahwa bertahan adalah sebuah keharusan tapi menjadi unggul adalah sebuah kesempatan yang membanggakan.

Ketiga, orangtua harus mencari tahu apa yang menjadi minat anak. “Tanyakanlah pada anak tentang target mimpi yang dia inginkan,” kata Puput, panggilan akrab Retno Ekapuri.

Dengan memahami passion anak, orangtua bisa melihat anak menjadi sosok yang berbeda, yang lebih bersemangat untuk menguasai hal yang dia suka dan inginkan.

Karena itulah kita tak perlu memaksanya, namun kita pun tak boleh lelah untuk menyemangati anak dalam melakukan hal-hal positif yang bermanfaat bagi pengembangan dirinya

Yuk, ayah bunda...tumbuhkan jiwa kompetisi anak secara perlahan sesuai minat dan kebutuhan si buah hati.




Mengapa Mengasuh Anak Sekarang Jauh Lebih Sulit Dibandingkan Dulu?

Sebelumnya

Mata Ibu, Silvia Menjadi Komentator Bola bagi Anaknya

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Parenting