KOMENTAR

BEBERAPA bulan terakhir diberitakan Ruben Onsu mengalami penurunan pada kesehatannya. Sempat beberapa kali harus melakukan transfusi darah, ia kemudian menjelaskan tentang penyakit Empty Sella Syndrome, yang menyebabkan dirinya tidak tahan jika berada di ruang dingin.

Sebelum terungkap penyakit yang ia derita, Ruben Onsu mengatakan bahwa dari hasil Magnetic Resonansi Imaging (MRI) di kepalanya terdapat bintik hitam yang diduga merupakan lesi (bercak gelap) pada otaknya.

Hal tersebut yang menyebabkan Ruben Onsu harus menerima transfusi darah dan melakukan pengecekan secara rutin. Dan berdasarkan kondisi tersebut, para dokter yang merawatnya mengambil kesimpulan bahwa Ruben Onsu menderita Empty Sella Syndrome.

Apakan yang dimaksud dengan Empty Sella Syndrome? Apakah dampaknya terhadap kesehatan?

Dilansir dari berbagai sumber artikel kesehatan diinformasikan bahwa tubuh kita terdiri dari berbagai kelenjar yang berfungsi mengatur berbagai hormon yang berfungsi mengendalikan berbagai proses biologis tubuh.

Salah satu kelenjar tersebut adalah Kelenjar Pituitari. Kelenjar ini juga dikenal dengan nama Kelenjar Hipofisis, yang memproduksi berbagai hormon yang mengatur berbagai fungsi tubuh manusia.

Ukuran kelenjar ini sangat kecil, sebesar kacang polong, letaknya di bagian depan dari dasar tengkorak, persis di bagian bawah otak, pada bagian yang bernama Sella Tursica, yaitu cekungan berbentuk sadel yang posisinya di bawah otak dan belakang batang hidung.

Anatomi Kelenjar Pituitari terdiri dari dua bagian utama, yakni Kelenjar Hipofisis Anterior (lobus/belahan depan) dan Kelenjar Hipofisis Posterior (lobus/belahan belakang).

Kelenjar ini juga terhubung dengan hipotalamus lewat tangkai pembuluh darah dan saraf yang disebut tangkai hipofisis (infundibulum).

Fungsi utama dari Kelenjar Pituitari adalah memproduksi dan melepaskan berbagai jenis hormon penting yang menjalankan berbagai fungsi vital serta metabolisme di dalam tubuh manusia.

Hormon-hormon yang dihasilkan oleh Kelenjar Pituitari bagian anterior, yaitu:

  • Hormon Adrenokortitoprik (ACTH), yaitu hormon yang merangsang produksi hormon pada kelenjar adrenal.
  • Hormon Perangsang Folikel (FSH) dan luteinizing hormone (LH) bekerja sama satu dengan sama lain sebagai pengatur atas fungsi ovarium dan testis.
  • Hormon Pertumbuhan atau Growth Hormone, berfungsi mengatur pertumbuhan manusia, terutama pada tahun awal kehidupan. Hormon ini membantu menjaga komposisi tubuh yang sehat pada anak-anak serta menyeimbangkan distribusi lemak dan menjaga kesehatan tulang serta otot pada orang dewasa.
  • Prolaktin bertugas membantu merangsang produksi ASI pada wanita. Hormon ini juga memiliki efek terhadap aktivitas seksual yang berbeda dari pria dan wanita.
  • Hormon Perangsang Tiroid (TSH) merangsang kelenjar tiroid untuk memproduksi kelenjar tiroid.

Sedangkan hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis posterior adalah:

  • Hormon Antidiuretik (ADH) merangsang ginjal untuk meningkatkan penyerapan air dalam darah sehingga mengurangi jumlah urine yang keluar.
  • Oksitosin, mempengaruhi proses persalinan dan kondisi tubuh ibu setelah melahirkan, seperti produksi ASI selama menyusui.

Saat Kelenjar Hipofisis ini mulai terganggu, baik bentuk atau kinerjanya, maka produksi hormon pun ikut terganggu. Hal ini menyebabkan terjadinya kelainan, salah satunya adalah Empty Sella Syndrome, yaitu saat saat kelenjar hipofisis mengalami perubahan bentuk atau terjadi penyusutan.




5 Cara Memutihkan Gigi Secara Alami

Sebelumnya

Berjalan Kaki Bantu Mencegah Penyakit Kronis, Benarkah?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Health