Masjid Istiqlal raih sertifikat Excellence in Design for Greater Efficiencies (EDGE) karena dianggap ramah lingkungan/Net
Masjid Istiqlal raih sertifikat Excellence in Design for Greater Efficiencies (EDGE) karena dianggap ramah lingkungan/Net
KOMENTAR

DALAM langkah melindungi bumi, Kementerian Agama tengah menyiapkan panduan untuk membentuk komunitas Eco-Masjid. Nantinya, komunitas ini akan digunakan untuk mewujudkan masjid hijau melalui kegiatan seperti penanaman pohon, pengaturan ulang penggunaan air wudhu, hingga penggunaan tenaga surya.

Hal ini disampaikan Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa'adi, Jumat (4/11).

“Gerakan ini merupakan bagian dari kampanye Peduli Bumi yang menginginkan masjid sebagai cerminan rahmatan lil alamin," kata Zainut Tauhid.

Wakil Menteri Agama itu menyayangkan kampanye masjid hijau sampai saat ini belum aktif dilaksanakan, meskipun gagasan mengenai pengelolaan masjid yang ramah lingkungan ini sudah lama dibicarakan.

Zainut lebih lanjut menuturkan, ada sangat banyak ayat di dalam al-Qur'an yang mengandung anjuran untuk melestarikan alam. Sejarah Islam juga menunjukkan keberpihakannya pada upaya pelestarian lingkungan. Untuk itu, ia ingin kembali menjalankan program Eco-Masjid ini.

“Masjid Nabawi yang menjadi pusat penyebaran ajaran Islam misalnya, dibangun Rasulullah dari bahan-bahan lokal yang ramah lingkungan. Seperti yang diungkapkan gerakan global Ummah for Earth, sumber-sumber bangunan masjid Rasulullah itu memenuhi syarat-syarat metode berkelanjutan,” kata dia.

Ia menambahkan, saat ini konsep Eco-Masjid atau masjid yang ramah lingkungan telah diterapkan di beberapa negara lain, seperti Turki, Maroko, Amerika Serikat, Malaysia, Uni Emirat Arab, hingga Prancis.

Dan sejauh ini, masjid Indonesia yang dianggap memenuhi kriteria sebagai Eco-masjid hanya masjid Istiqlal yang berada di Jakarta saja, yang berhasil mendapatkan sertifikat Excellence in Design for Greater Efficiencies (EDGE) karena bangunannya dinilai ramah lingkungan.

Menurutnya, krisis lingkungan hidup erat kaitannya dengan ulah manusia itu sendiri yang belum mampu melestarikan alam dengan baik. Oleh karena itu, penanggulangan masalah lingkungan dan perubahan iklim tersebut, semestinya juga bisa dilakukan dengan pendekatan moral, yang dimulai dari rumah ibadah yang tersebar di berbagai belahan Indonesia.

“Keberhasilan menciptakan rumah ibadah yang ramah lingkungan adalah penjelmaan dari hati bersih dan pikiran jernih umat beragama dan merupakan titik tolak upaya menciptakan negeri yang asri, nyaman, aman sentosa,” ucapnya.




Jaya Suprana: Resital Pianis Tunanetra Ade “Wonder” Irawan Adalah Peristiwa Kemanusiaan

Sebelumnya

Kemitraan Strategis Accor dan tiket.com Perkuat Pasar Perhotelan Asia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel C&E