DALAM masa pertumbuhan, seringkali Bunda menyodorkan aneka jenis makanan atau masakan kepada anak. Tujuannya, agar anak lebih mengenal banyak rasa hingga tekstur makanan.
Tapi, belum apa-apa anak langsung menolaknya. Padahal, ia baru melihat bentuk dan warna makanan, sudah dianggap tidak enak dan tidak mau memakannya.
Perilaku ini menunjukkan bahwa anak tengah mengalami fobia terhadap makanan atau dikenal dengan istilah cibofobia atau food neophobia. Anak dengan cibofobia seringkali menghindari makanan atau minuman, karena mereka takut untuk mencobanya.
Fobia makanan pada anak-anak dapat disebabkan karena keterbatasan mereka dalam berkomunikasi. Sehingga, anak jadi kesulitan mengekspresikan apa yang mereka alami.
Keadaan akan semakin parah jika Bunda tidak mengajarinya mengatasi ketakutan tersebut. Akibatnya, gangguan lebih sering muncul dengan frustasi sebagai reaksinya.
Anak-anak yang memiliki fobia terhadap makanan biasanya menunjukkan gejala cemas dan takut ketika harus mengonsumsi makanan tertentu. Anak akan merasa pusing, berkeringat, mual, perasaan seolah tidak bisa bernapas, detak jantung meningkat, dan tubuh bergetar.
Mengatasi Anak Fobia Makanan Baru
Seperti dijelaskan, fobia terhadap makanan baru ini terlihat sebagai hal yang sepele. Namun, Bunda wajib membantu anak mengatasinya dengan mendampingi saat memproses pengalamannya dengan makanan baru tersebut.
Tapi ada yang harus diingat oleh Bunda, bahwa anak di rentang 2-6 tahun mengalami fase di mana mereka melatih proses sensori, yaitu mengecap, melihat, mendengar, merasa, dan menyentuh. Persepsi sensori itu yang akan memengaruhi keputusan anak untuk mencoba makanan baru.
Hindari makanan ‘ekstrim’ bagi persepsi sensori anak-anak dan mulai pilih makanan dengan tekstur yang biasa dijumpai. Misalnya, untuk sementara pilih memotong buah daripada memblendernya.
Beberapa tekstur makanan tertentu, seperti makanan kental atau kasar, umumnya kurang diterima anak. Karenanya, berikan dalam jumlah kecil dan berulang. Tapi, jangan dipaksa ya, Bunda.
Atau, bantu anak memberikan gambaran verbal terkait makanan baru yang akan dicicipinya, misalnya dari rasa atau teksturnya. Gunakan bahasa yang mudah dimengerti, sehingga anak terdorong untuk mencobanya.
Dan yang terpenting, jangan mengeluh saat melihat anak makannya terlalu sedikit. Maklumkan saja, karena itu adalah makanan pertama yang dicobanya.
KOMENTAR ANDA