INDONESIA disebut sebagai salah satu pengguna aplikasi perpesanan instan Whatsapp terbanyak di dunia. Karenanya, Vice President of Global Affairs & Strategic Markets WhatsApp Victoria Grand, menetapkan Indonesia menjadi salah satu target pasar teratas.
Dari fakta tersebut, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengajak Whatsapp bekerjasama, salah satunya menggunakan chatbot di WhatsApp untuk mendistribusikan informasi soal Covid-19.
Dan baru-baru ini, Kemenkes kembali mengajak WhatsApp untuk bekerjasama kembali dalam memberikan akses pelayanan kesehatan untuk publik. Ada sekitar lima hal yang akan dikembangkan dalam kerja sama ini.
Pertama, Kemenkes akan menggunakan WhatsApp untuk membantu orang menjadwalkan pertemuan dengan dokter. Kedua, untuk mengingatkan keluarga soal vaksinasi bagi anak-anak. Ketiga, pelatihan perawat medis.
Lebih lanjut Victoria menambahkan, WhatsApp juga akan digunakan untuk menyelenggarakan kampanye kesehatan. Selain itu, aplikasi perpesanan instan ini akan turut membantu pemerintah dalam mengatasi masalah stunting pada anak-anak di Indonesia.
“Kami akan membantu pemerintah untuk mengumpulkan data tentang stunting, jadi kita bisa membantu menghindari terjadinya stunting pada anak-anak di Indonesia," kata Victoria.
Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kemenkes, prevalensi balita yang stunting atau mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak-anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan tinggi badan yang di bawah standar di Indonesia memiliki jumlah kasus sebesar 24,4% pada 2021. Artinya, hampir seperempat balita di Indonesia mengalami stunting pada tahun lalu.
Hal ini menjadi fokus utama pemerintah dalam menangani kasus stunting yang terjadi di Indonesia, untuk itu, Kemenkes mengajak WhatsApp untuk bekerja sama dalam menangani masalah stunting pada anak-anak.
Stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia Indonesia, juga ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa. Stunting yang merupakan masalah kurang gizi kronis ini disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak.
Anak yang mengalami gizi kronis ditandai dengan tinggi badan yang lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Indonesia menempati urutan kedua di Asia Tenggara dan keempat dunia dengan beban anak yang mengalami stunting.
KOMENTAR ANDA