Lakukan pemeriksaan dengan cepat dan tepat ketika anak mengalami gejala bronkopneumonia/Net
Lakukan pemeriksaan dengan cepat dan tepat ketika anak mengalami gejala bronkopneumonia/Net
KOMENTAR

SESAK napas memang umum terjadi pada anak 2 tahun ke bawah. Namun ketika anak didiagnosa mengidap bronkopneumonia, ini merupakan kekhawatiran besar orangtua.

Berdasarkan laporan UNICEF dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDA), bronkopneumonia menjadi penyebab utama kematian akibat infeksi pada anak di bawah 5 tahun. Salah satu jenis pneumonia yang sering dialami anak ini merupakan peradangan pada saluran napas utama (bronkus) dan paru-paru. Penyebabnya adalah bakteri, virus, atau jamur.

Risiko anak mengidap bronkopneumonia meningkat jika tinggal di lingkungan yang kotor, sering terpapar asap rokok, pernah memiliki Riwayat kontak langsung dengan penderita pneumonia, atau memiliki kondisi kesehatan tertentu, seperti malnutrisi.

Karenanya, ada baiknya orangtua melakukan pencegahan dengan beberapa Langkah sederhana ini, agar buah hati tercinta tidak terinfeksi bronkopneumonia ini.

  • Ajari anak untuk selalu mencuci tangan, terutama sebelum makan dan setelah buang air kecil atau besar.
  • Hindari anak dari paparan polusi, seperti debu dan asap rokok.
  • Jauhkan bayi dari penderita pneumonia.
  • Hindari anak atau bayi dicium oleh siapapun yang tidak dikenal riwayat kesehatannya.
  • Lengkapi imunisasi anak agar terlindung dari bakteri dan virus penyebab infeksi bronkopneumonia.

Anak-anak, utamanya yang berusia di bawah 2, memang lebih rentan terserang bronkopneumonia, karena sistem kekebalan tubuhnya masih lemah.

Segera bawa ke dokter jika mendapati anak dengan gejala-gejala bronkopneumonia, seperti batuk berdahak, demam, sesak napas atau napas menjadi cepat, menggigil, nyeri dada, rewel atau sulit tidur, kehilangan nafsu makan, gelisah, muntah, wajah terlihat pucat, bibir dan kuku menjadi kebiruan, serta napas berbunyi.

Bila gejala bronkopneumonia pada anak tidak segera diobati, ada kemungkinan akan muncul komplikasi lain yang lebih berbahaya. Karenanya, langkah penanganan seperti pemberian obat-obatan, terapi cairan (infus), dan terapi oksigen, perlu segera dilakukan.




Hindari Cedera, Perhatikan 5 Cara Berlari yang Benar

Sebelumnya

Benarkah Mengonsumsi Terlalu Banyak Seafood Bisa Berdampak Buruk bagi Kesehatan?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Health