Penny membantah bahwa BPOM telah kecolongan terkait masuknya kandungan etilen glikol dan dietilen glikol dalam obat sirup/Net
Penny membantah bahwa BPOM telah kecolongan terkait masuknya kandungan etilen glikol dan dietilen glikol dalam obat sirup/Net
KOMENTAR

KASUS gagal ginjal akut yang terjadi pada anak-anak, yang sempat geger pada bulan lalu, telah memicu banyaknya reaksi publik. Masyarakat menuduh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) telah kecolongan, terkait cemaran kandungan yang berbahaya pada kandungan obat sirup anak-anak.

Menjawab hal ini, Kepala BPOM RI Penny K Lukito, membantah tuduhan tersebut. Ia menyebut bahwa masalah ini muncul lantaran adanya gap atau celah yang dilakukan oleh berbagai pihak yang menyisipkan kandungan etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) di ambang batas.

“Di sini ada satu gap tadi ya, gap itu adalah sesuatu kesenjangan yang mana BPOM tidak terlibat dalam pengawasan,” jelas Kepala BPOM RI Penny Lukito, ketika konferensi pers pada Kamis (17/11).

Penny lebih lanjut menjelaskan, ada berbagai pihak yang terlibat dalam proses produksi hingga pengadaan obat. Mulai dari pemasok bahan pelarut, importir, hingga didistribusikan ke industri farmasi.

Dalam proses ini, BPOM menegaskan mereka tidak terlibat dalam pengawasan tersebut, sehingga mereka membantah terkait tuduhan kecolongan dari masyarakat.

“Kalau BPOM terlibat dalam pengawasan pemasokan dari bahan pelarut, pastinya ada pengawasan yang dilakukan pemasukan dengan surat keterangan import. Kalau dilakukan dengan surat keterangan import itu, pasti sudah ada pengawasan dari BPOM di awal,” tambah Penny.

“Jadi bukan karena BPOM tidak melakukan pengawasan, tapi karena aturan yang ada (proses itu) tidak ada dalam pengawasan BPOM pada titik awal terjadinya kejahatan ini,” pungkasnya.

Update gagal ginjal akut

Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) M Syahril mengutarakan, masih ada 14 anak pasien gagal ginjal akut atipikal progresif yang dirawat di rumah sakit per 15 November 2022. Mereka semua saat ini masih menjalani perawatan di PICU RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.

Sebanyak 14 pasien tersebut dalam stadium 3. Ini artinya, anak mengalami kerusakan ginjal yang parah, sehingga perlu mendapatkan perawatan intensif. Itu sebabnya, perawatan di rumah sakit memakan waktu yang lama.

Hingga 15 November 2022, kasus gagal ginjal akut pada anak masih berjumlah 324 yang tersebar di 27 provinsi di Indonesia. Dari angka tersebut, pasien yang sembuh menjadi 111, meninggal dunia 199, dan 14 lainnya masih menjalani perawatan.

Dan dalam dua pekan terakhir, tidak ada tambahan kasus baru gagal ginjal akut pada anak.




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News