KOMENTAR

DALAM sebuah hubungan, psikolog memperkenalkan lima love language alias bahasa cinta berupa words of affirmation, acts of service, quality time, receiving gifts, dan physical touch.

Banyak orang mengatakan jika love language suami istri sama, maka hubungan akan lebih harmonis. Tapi bukan berarti pasangan yang berbeda love language tak bisa merajut cerita indah dalam pernikahan mereka.

Ada kalanya, perbedaan love language memang bisa menimbulkan konflik. Tapi jika pasangan mau menyadari dan sama-sama terbuka, maka perbedaan itu dapat disikapi dengan baik.

Jika suami istri yang berbeda love language mampu saling memahami, kondisi hubungan mereka bisa jadi semakin kuat karena keduanya saling melengkapi.

Receiving gifts dan acts of service. Dua love language ini sejatinya saling melengkapi. Yang satu senang memberikan perhatian dan melayani pasangannya, sementara yang satu lagi senang mendapatkan hadiah—baik itu berupa perhatian, kata-kata indah, maupun dalam bentuk barang.

Kondisi di atas bukan berarti satu orang mengekploitasi pasangannya. Justru itu dilakukan dengan penuh kesadaran dan memang menjadi hal yang membahagiakan.

Sesekali, suami atau istri yang memiliki love language berupa receiving gifts boleh saja 'membalas' pasangannya dengan memberikan hadiah.

Berlibur ke  tempat wisata favoritnya, atau mengajaknya makan di restoran yang menyediakan makanan kesukaannya. Siapa sih, yang tak suka kejutan menyenangkan?

Physical touch dan quality time. Pemilik bahasa cinta physical touch memang cenderung diidentikkan dengan sentuhan yang mengarah kepada aktivitas seksual. Padahal tidak selalu demikian.

Ada kalanya pasangan suami istri menghabiskan waktu sejenak berduaan sambil menonton film di televisi sambil berpelukan (cuddle). Hal ini menjadi kegiatan yang mengakomodir dua bahasa cinta yang berbeda yaitu physical touch dan quality time.

Quality time dan words of affirmation. Pemilik dua love language ini bisa menghabiskan waktu berdua untuk melakukan berbagai kegiatan mengasyikkan sekaligus menyisakan waktu untuk deep talk.

Saat ngobrol dengan pasangan, kita bisa mengungkapkan betapa kita mencintai dan menyayanginya. Kita juga bisa mengungkapkan berbagai harapan kita, terutama yang berkaitan dengan merajut masa depan bersama.

Meluangkan waktu bersama pasangan menjadi sebuah aktivitas yang dapat menyatukan dua love language yang berbeda ini. Masing-masing mendapatkan 'keuntungan' dan merasa bahagia setelah keduanya saling menguatkan.

Satu hal yang mesti diingat pasangan suami istri, perbedaan bahasa cinta jangan dijadikan jurang pemisah. Perbedaan itu mesti dipahami dan dipelajari agar bisa mencari titik temu yang bisa diterima kedua belah pihak.

Sejatinya, pernikahan adalah kompromi tanpa akhir demi langgengnya "kita" hingga maut memisahkan.




Ingin Jadi Individu Sukses, Ini Alasan Mengapa Kita Butuh Dukungan Orang Lain

Sebelumnya

Gen Z dan Upaya Mengatasi Tantangan Sandwich Generation

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Family