NAMA Azka masuk dalam daftar orang hilang yang dirilis BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) pada Selasa (22/11) lalu. Namun alhamdulillah, seperti dilaporkan ANTARA, balita berusia 4 tahun itu berhasil diselamatkan setelah terkurung di balik reruntuhan rumahnya yang hancur berantakan.
Ibu kandung Azka sebelumnya telah ditemukan namun meninggal dunia, sementara sang nenek hingga Kamis siang (24/11) belum ditemukan.
Qadarullah, ada tembok lain menghalangi tembok yang runtuh hingga tidak jatuh menimpanya. Kuasa Allah Swt. pula yang menyelamatkan si kecil Azka meski dia tidak makan dan tidak minum selama tiga hari dua malam.
Azka adalah salah satu warga Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur. Kecamatan Cugenang menjadi wilayah terdampak gempa yang paling berat. Anak laki-laki itu kini menjalani perawatan medis di RSUD Cianjur.
Mendengar kisah Azka, kita tentulah mengucap alhamdulillah. Allah memilihnya untuk selamat.
Ada Azka, ada pula Imas.
Imas adalah guru kelas dua dan kelas tiga di sekolah Diniyah Hasadah. Imas dikenal sebagai guru yang tidak mematok gaji atas jerih payahnya mengajar alias dibayar seikhlasnya.
Senin siang, dia menyuruh semua siswanya untuk keluar dari ruang belajar setelah selesai rapat sekolah. Imas bersyukur tak ada muridnya yang terjebak di reruntuhan bangunan.
Saat gempa terjadi, Imas sedang duduk di lantai di ruang PAUD untuk beristirahat. Tak ada yang menyangka bahwa gempa berdurasi hitungan detik itu mengakibatkan mati listrik dan ambruknya banyak bangunan di Cianjur.
Perempuan itu lalu terjebak di reruntuhan bangunan sekolah Diniyah Hasadah, Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur selama 1,5 jam. Ia mengaku bahwa perasaannya kala itu tak karuan. Gelap gulita, dia tak bisa melihat apa pun.
Imas merasa takut namun mencoba pasrah dan ikhlas. Tertimbun reruntuhan sekolah dua lantai yang ambruk, Imas pasrah jika saat itu ajalnya tiba.
Namun dia juga bersyukur karena reruntuhan itu masih menyisakan ruang sempit untuknya bernapas. Ada balok kayu dari atap sekolah yang melintang di hadapan Imas hingga tubuhnya tak terhimpit reruntuhan.
Di tengah kepasrahan itu, dia melihat secercah cahaya dan tangan yang mendekat ke puing-puing. Imas menggerakkan tubuhnya mencoba menggali reruntuhan bangunan demi sampai ke cahaya terang tersebut. Upayanya itu meninggalkan memar biru kehitaman di tangan kanannya.
Hingga kemudian Imas diselamatkan oleh sang suami yang menyadari bahwa istrinya tak kunjung pulang ke rumah setelah terjadi gempa magnitudo 5,6. Di saat awal gempa, belum ada banyak relawan yang datang ke Cianjur.
Sebelum memutuskan untuk menjadi guru, Imas dan suaminya pernah menjadi Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja selama tiga tahun lebih di Riyadh, Arab Saudi. Namun Imas selalu menginginkan bisa menetap di Indonesia.
Berbekal kefasihannya berbahasa Arab, Imas pun mengajar di sekolah agama Diniyah Hasadah milik tetangganya. Mengajar dianggapnya sebagai amal jariyah sehingga dia tidak berkeberatan dibayar seikhlasnya.
Kisah haru selanjutnya dibagikan oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Tentang kehilangan orang tercinta, Kang Emil pernah bilang bahwa dia bersyukur bahwa Allah memberinya kekuatan untuk mengikhlaskan kepergian putra sulungnya, Emmeril Kahn Mumtaz.
Karena itulah Kang Emil terlihat begitu bahagia menyambut kelahiran bayi di tenda darurat yang persalinannya ditolong oleh bidan. Tentang bayi ketiga yang lahir pascagempa, yang lahir pada 22 November 2022, Kang Emil menuliskannya di laman Instagramnya.
GEMPITA SHALIHAH KAMIL,
Itu nama yang saya berikan untuk bayi perempuan yang jam 19.00 tadi lahir di tenda pengungsian. Kebetulan ibunya, Ibu Dewi, meminta saya memberikan nama.
Gempita, karena lahir saat gempa
Shalihah, doa agar menjadi insan yang shalihah.
Kamil, artinya agar menjadi manusia yang paripurna.
Ini bayi ke-3 yang lahir hari ini di tenda yang sama.
Di balik ujian bencana ini, dan banyak yang berpulang, Allah juga memberikan rahmatnya dengan lahirnya bayi-bayi yang akan meneruskan perjalanan peradaban manusia ini.
Semoga semua dari kita bisa mengambil pelajaran dan hikmah dari setiap takdir peristiwa yang hadir dalam hidup kita ini.
Kiranya setiap ujian dalam kehidupan manusia menyisakan hikmah terindah bagi hamba-Nya yang mau berpikir dan berpasrah. Setiap tetes air mata dan kepedihan yang terasa, yakinkanlah bahwa itu bukan dihadirkan Allah tanpa alasan.
Setiap kepedihan akan menciptakan kekuatan. Setiap luka akan menciptakan bahagia. Dan setiap kesulitan akan melahirkan kemudahan. Insya Allah.
Laa yukallifullaahu nafsan illaa wus'ahaa...
"Tidaklah Allah membebani seseorang kecuali sesuai kesanggupannya..." (QS. Al-Baqarah: 286)
KOMENTAR ANDA