SIAP-SIAP resesi!
Kalimat ini menjadi sedemikian populer menjelang akhir tahun 2022. Padahal biasanya, bulan Desember identik dengan bulan 'senang-senang'. Liburan akhir tahun menjadi satu momen yang sangat ditunggu keluarga. Terlebih lagi setelah dua tahun lebih menghadapi pandemi COVID-19.
Tak ayal, sebagian besar kepala keluarga mulai berpikir keras dan mengetatkan ikat pinggang. Meski demikian, ada pula sejumlah orang yang merasa baik-baik saja.
Mereka yang tidak khawatir biasanya adalah orang-orang yang berdisiplin dalam mengatur keuangan. Mereka memilih 'bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian', merancang target finansial keluarga, bersusah payah menabung dana darurat, dan menjauhi sikap impulsif.
Dalam urusan finansial, seseorang bisa dikategorikan sehat atau stres. Apakah kita termasuk kelompok sehat finansial, atau justru stres finansial?
Sehat finansial
Seseorang dikatakan sehat secara finansial ketika dia mampu menjalankan langkah-langkah yang meningkatkan kualitas finansialnya.
Kesehatan finansial didefinisikan sebagai hubungan dinamis dari sumber daya keuangan dan ekonomi seseorang yang diterapkannya dan mempengaruhi kondisi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial.
Sehat finansial juga diartikan sebagai kondisi sehat yang diraih setelah seseorang mampu mengatasi kerentanannya dalam urusan finansial.
Stres finansial
Dilansir Healthline, The Financial Health Institute mengartikan stres finansial sebagai suatu kondisi yang merupakan hasil dari peristiwa keuangan dan/ekonomi yang menimbulkan kecemasan, kekhawatiran, atau rasa kekurangan, yang disertai respons stres fisiologis.
Sebuah studi di Universitas Yale tahun 2014 bahkan mengaitkan stres finansial dengan kesehatan mental. Beberapa masalah kesehatan mental diyakini bersumber dari stres finansial.
Mayoritas responden yang memiliki utang merasakan stres yang berat. Utang memiliki dampak negatif yang sangat besar terhadap kesehatan mental. Ketika masalah keuangan seseorang bisa diselesaikan, maka masalah lain juga akan bisa diselesaikan.
Kita tahu bahwa pandemi COVID-19 memperburuk stres finansial yang sebelumnya memang dialami banyak orang di seluruh dunia.
Jika ingin mengurangi tingkat stres tersebut, idealnya adalah dengan perbaikan kebijakan publik yang lebih menguntungkan rakyat. Namun tentu saja, perombakan kebijakan pemerintah bukan perkara yang mudah dan bisa cepat dilakukan.
Kiat hadapi stres finansial
Ada beberapa langkah yang bisa kita ambil untuk meningkatkan kesehatan finansial.
Apa pun profesi kita, sebagai karyawan atau wiraswasta, kitalah yang menentukan kesehatan finansial kita.
Dua hal penting yang harus dilakukan adalah melatih kesadaran tentang nilai uang dan menaati jadwal keuangan.
Kita sering kali menghamburkan uang untuk keperluan 'entertainment' dalam kehidupan sosial. Seringkali uang tabungan atau bahkan dana darurat bobol demi terlihat sebagai sosok the have.
Sekali lagi, ingatlah bahwa memiliki sejumlah uang pada hari ini bukan berarti kita harus menghabiskannya hari ini juga. Kita tak pernah tahu apa yang terjadi esok hari, maka simpanlah uang itu.
Setelah itu, patuhilah jadwal keuangan (misalnya pembayaran cicilan) setiap minggu atau setiap bulan. Berdisiplinlah agar tidak terkena denda dan jumlahnya tidak membengkak.
Mulailah dengan dua hal itu, maka perlahan-lahan kesehatan finansial kita akan membaik. Dan ketika kita merasa sehat finansial, mental kita pun menjadi lebih sehat.
KOMENTAR ANDA