SINAR matahari dengan ramah menyambut datangnya hari. Saat itulah manusia bersiap untuk menghadapi segala tantangan.
Dan layaknya kehidupan, matahari terkadang ‘malu-malu’ menyapa dari balik balutan awan mendung. Ia tetap menemani manusia meski sesekali awan berubah menjadi abu-abu, lalu menjadi tetesan air hujan yang menjadi rezeki terbesar dari Allah Swt. bagi segenap penduduk bumi.
Ibarat cahaya matahari, itulah ilmu. Cahaya yang mampu membimbing dan menerangi manusia untuk meraih kehidupan yang lebih baik di masa depan. Dengan ilmu, manusia memaksimalkan potensi akalnya untuk bisa menaklukkan perkembangan zaman.
Namun demikian, ilmu tak akan berguna dan malah menjadi hal yang menakutkan apabila tidak diawali dari akhlak yang baik.
Akhalak adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang telah terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan lagi.
Sedangkan adab adalah segala bentuk sikap, perilaku atau tata cara hidup yang mencerminkan nilai sopan santun, kehalusan, kebaikan, budi pekerti, atau akhlak.
Hadirnya ilmu, harus didahulukan dengan adab dan akhlak sebagai alat merawat terjaganya ilmu, karena sebagaimana kita tahu bahwa ilmu adalah titipan Allah Swt. Karena itulah tantangan terbesar dalam dunia pendidikan adalah bagaimana menciptakan murid-murid yang tak hanya pintar tapi juga berakhlak.
Di Indonesia, tanggal 25 November menjadi momen istimewa yang diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Memang betul, tulusnya pengabdian kasih sayang guru tidak akan sirna ditelan zaman, dan kita setiap harinya tak pernah lupa untuk menghormati dan berterima kasih kepada guru. Namun momen hari guru ini dapat kita gunakan sebagai puncak apresiasi terhadap tulusnya perjuangan dan pengabdian mulia para guru.
Seorang guru tetaplah manusia biasa, tetapi dia mampu mencetak insan cendekia di masa depan. Guru bukanlah manusia sempurna, tapi bimbingan dan arahannya sangat diperlukan untuk membuka cakrawala pemikiran kita dan mengisinya dengan beragam pengetahuan. Dan tak hanya mengajarkan pengetahuan, guru juga mampu mengolah rasa dan melejitkan potensi terbaik anak didiknya.
Selayaknya manusia biasa, guru juga menghadapi sakit dan kematian. Tapi ilmu yang diwariskan oleh seorang guru tidak akan mati seperti jasad yang akan membusuk dan kembali menjadi tanah.
Masya Allah, begitu mulianya guru. Berbagai peran ia jalankan, tak hanya menjadi pendidik tapi juga menjadi orangtua, bahkan teman bercengkerama. Itu semua dijalankan demi terciptanya kenyamanan yang menjadikan kerinduan di kemudian hari.
Islam meninggikan derajat orang yang berilmu, ini sebagai tanda bahwa ilmu memiliki kedudukan mulia tersendiri dan istimewa. Menuntut ilmu dalam Islam menjadi sebuah amal saleh yang hasilnya akan menjadi amal jariyah apabila diamalkan.
Demikianlah yang dilakukan seorang guru. Ia mendidik para siswa dengan penuh kasih sayang. Dan kasih sayang itulah yang membuka meresapnya ilmu ke dalam hati para siswa.
Sekalipun kita tahu bahwa rezeki pemahaman tentang ilmu adalah kuasa Allah Swt. bagi setiap hamba—dan mungkin akan berbeda satu dengan lainnya, tapi guru senantiasa memberikan pendidikan yang terbaik agar siswa bisa memahami apa yang diajarkan.
Karena itulah, seorang guru hendaknya selalu berpijak di atas sajadah ibadah agar Allah Swt. memudahkan langkahnya dalam memberi pemahaman kepada para siswa.
Dalam menghadapi era modern saat ini, bekal ilmu sangatlah penting. Di mana segala aktivitas dapat dimudahkan dengan kecanggihan teknologi namun belum bisa menggantikan peran guru. Karena hanya guru yang mampu mengolah rasa dan menggunakan sentuhan kasih sayang dalam memberikan pengajaran. Mesin tidak bisa menggantikan peran ini.
Guru akan menempati sudut istimewa di hati siswa, baik ketika masih belajar di sekolah maupun siswa yang sudah lulus.
Guru selalu dikenang sebagai sosok manusia yang selalu memancarkan cahaya kasih sayang ilmunya sekalipun guru tersebut telah kembali ke haribaan Ilahi, tetapi Allah tetap mengalirkan pahala atas ilmu bermanfaat yang diberikan semasa hidupnya sebagai bekal di alam kubur menunggu hari persidangan kelak.
Inilah guru, insan istimewa yang secarik kertas berisi tulisan pun sebenarnya tidak mampu menjabarkan betapa banyak jasa yang ia torehkan dalam hidup kita.
Kiranya, hanya doa tulus yang menjadi balas jasa atas segala kebaikan guru dalam kehidupan ini. Semoga Allah Swt. memudahkan setiap langkah dan menjaga ketulusan hati para guru untuk menjadi penerang dalam gulita dan mercusuar pengetahuan.
Selamat Hari Guru Nasional 2022, tetaplah menjadi penerang dalam dunia pendidikan.
KOMENTAR ANDA