INVESTASI adalah salah satu kata penting untuk mencapai masa depan yang cerah dalam hal finansial. Investasi memegang kunci keberhasilan seseorang bangkit saat diterpa badai, seperti Covid-19 yang lalu.
Investasi bisa diawali dengan tujuan atau keinginan yang akan diwujudkan, seperti membeli rumah, jalan-jalan ke luar negeri, modal menikah, dan sebagainya. Setelah tujuan atau keinginan itu ada, maka investasi dimulai.
Seorang investment specialist, Adhim Hernowo mengatakan, ada beberapa hal penting mengapa seseorang harus berinvestasi. Salah satunya adalah mengalahkan inflasi.
Menurut dia, nilai uang setiap saat bisa tergerus oleh inflasi dan daya beli yang menurun atas suatu barang. Pengurangan atau penurunan nilai mata uang ini harus dilawan dengan investasi, sehingga ‘harta’ yang kita miliki nilainya tidak akan berkurang dalam 10 tahun ke depan.
“Kalau kita menabung di bank, ada yang namanya bunga. Namun, bunga itu tidak lebih besar dari biaya administrasi. Jadi, uang yang diendapkan di bank itu lama kelamaan akan berkurang. Nah, berbeda dengan saham. Kalau di saham, tidak ada biaya administrasi atau lainnya. Malah semakin disimpan nilainya tidak akan berkurang, justru bisa naik,” kata Adhim saat menjadi pembicara di Bincang Santai Perempuan Melek Saham: Mom’s, Gets Your Cuan, di Mirae Sekuritas Pacific Century Place, Jakarta, Selasa (29/11), yang digagas Farah.id bersama Mirae Asset.
Fitri Andriani (traderwati) dan Nadhim Hernowo (investment specialist), menerima penghargaan dari CEO Farah.id Teguh Santosa, usai menjadi pembicara dalam Bincang Santai Perempuan Melek Saham/Farah
Alasan lain mengapa harus berinvestasi adalah untuk meningkatkan aset atau pendapatan. Sama halnya seperti menyimpan emas, diharapkan investasi yang kita miliki akan memberikan keuntungan besar di masa depan.
Dan tentunya, investasi sangat diperlukan sebagai dana darurat. Seperti yang terjadi pada awal pandemi, banyak pekerja yang terpaksa dirumahkan pada akhirnya mengeluh tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup lantaran tidak ada biaya. Tapi bagi orang yang sudah berinvestasi, permasalahan tersebut dapat dipecahkan dengan menjual sejumlah aset yang telah diinvestasikan.
Saham atau reksadana?
Bagi seorang pemula, bermain saham adalah hal yang cukup menakutkan. Bayang-bayang akan mengalami kerugian besar, sangat melekat.
Menurut Nadhim, ketakutan tersebut adalah hal wajar. Namun jika sudah mengenal apa itu saham dan reksadana, maka rasa takut akan berganti dengan rasa penasaran dan berujung pada rasa senang karena berhasil mendapatkan keuntungan yang besar.
“Jadi, saham dan reksadana itu adalah jenis-jenis dari investasi. Selain keduanya, kita kenal juga obligasi, properti, dan emas. Jadi, saham adalah bukti kepemilikan suatu perusahaan. Adapun perusahaan yang bisa dibeli kepemilikannya saat ini sudah banyak sekali. Ketika perusahaan-perusahaan tersebut, yang sahamnya kita beli, mendapat keuntungan, maka sebagai salah satu pemilik saham, kita juga akan mendapatkan keuntungan tersebut. Ini kita kenal dengan istilah deviden,” urai pria yang mengaku sudah mengenal saham sejak 2016.
Sedangkan reksadana adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.
Manajer investasi tersebut tentunya orang yang bersertifikat, sehingga dana yang dihimpun tetap aman dan dijamin oleh negara. Jika sewaktu-waktu terjadi loss (kerugian), maka ada penjaminnya, yaitu pemerintah.
“Reksadana inilah yang cocok untuk pemula, karena risikonya rendah. Investor tinggal menitipkan uangnya ke manajer investasi, kemudian uang tersebut akan dikelola untuk dibelikan beberapa produk investasi,” kata Nadhim.
Di reksadana, biasanya manajer investasi akan menawarkan lebih banyak produk atau emiten yang bisa dibeli. Tinggal tugas pemilik dana untuk memilih, emiten apa saja yang sahamnya akan dibeli.
Tapi yang perlu diingat, tiap pemula harus mengenali dulu saham perusahaan yang akan dibelinya, kenali apa bisnisnya. Jika memang masih bisa menghasilkan keuntungan, berarti perusahaan tersebut masih sehat dan layak dibeli sahamnya.
“Jika hanya untuk jangka pendek, baiknya dilihat dulu saham perusahaan tersebut sedang naik atau turun. Itu akan terlihat dari grafik harga harian, dan Mirae Asset memiliki itu semua. Pesan saya, hindari membeli saham di perusahaan yang anjlok terus. Itu artinya, perusahaan tersebut sedang tidak dalam keadaan sehat,” demikian Nadhim.
KOMENTAR ANDA