Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

RESISTENSI mikroba di Indonesia sudah dalam tahap genting. World Animal Protection (WAP) Indonesia menemukan penggunaan 13 ribu ton antibiotik oleh sektor peternakan di seluruh dunia. Angka tersebut telah melampaui jumlah penggunaan antibiotik oleh manusia.

Penggunaan antibiotik pada hewan ternak salah satunya ditemukan pada ayam, yang kemudian oleh ibu-ibu dikenal dengan ayam suntik. Padahal, ayam menjadi bahan pangan yang paling banyak dikonsumsi masyarakat. Itulah mengapa bahaya resistensi mikroba (AMR) saat ini menjadi bahasan yang penting.

Mengutip laman Instagram Pandemictalks, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Center for Indonesian Veterinary Analytical Studies (CIVAS) dan WAP mengeluarkan data, pada 2020 ada ancaman AMR, di mana ditemukan sampel daging ayam potong yang tercemar bakteri yang kebal terhadap 4 jenis antibiotik (kolistin, meropenem, ciprofloxacin, dan sulfamethoxazole). Diduga, sampel tersebut didapat dari peternakan yang menggunakan antibiotik secara masif dan tata laksana kesejahteraan hewan yang rendah.

Perhimpunan Pengendalian Infeksi Indonesia (PERDALIN) menyebutkan beberapa bahaya resistensi antimikroba bagi kesehatan secara umum.

  • Membuat bakteri kebal terhadap antibiotik

Jika bakteri sudah kebal terhadap antibiotik, maka ia akan hidup lebih lama dan berkembang biak. Penyebaran bakteri yang membawa sifat resisten ini dapat terjadi lewat infeksi, makanan, dan lingkungan. Kondisi ini tentu saja merugikan pengidap kesehatan tertentu, terutama pasien ICU.

  • Resistensi bakteri muncul lebih cepat

Ini menjadi masalah keamanan global, karena dapat menimbulkan dampak serius bagi kesehatan hewan, manusia, dan lingkungan tempat tinggal.

Untuk menekan jumlah penggunaan antibiotik pada hewan ternak, perlu dilakukan pendekatan yang melibatkan berbagai sektor, termasuk pakar kesehatan hewan, manusia, lingkungan, agrikultur, dan finansial. Tanpa melibatkan mereka, Langkah mengatasi resistensi antimikroba tidak akan tepat sasaran.

Hati-hati, resistensi antimikroba dapat menyebabkan infeksi yang sangat sulit ditangani, sehingga bisa berujung pada kematian. Untuk itu, peningkatan edukasi kepada masyarakat perlu dilakukan. Tujuannya untuk menekan penyebaran infeksi melalui pola hidup sehat dan bersih, sanitasi yang baik, serta prosedur vaksinasi.

Dan rencananya, pemerintah akan melaksanakan Rencana Aksi Nasional (RAN) AMR tahun 2020-2024. Gerakan ini diharapkan bisa terlaksana untuk mewujudkan Indonesia sehat dan bebas dari dampak resistensi antimikroba.




Hindari Cedera, Perhatikan 5 Cara Berlari yang Benar

Sebelumnya

Benarkah Mengonsumsi Terlalu Banyak Seafood Bisa Berdampak Buruk bagi Kesehatan?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Health