PADANG Mahsyar memang tidak tergapai oleh pancaindera, tetapi bukan berarti tidak terjangkau oleh nalar manusia. Terlebih dengan teramat memukau ayat-ayat dan hadis-hadis sudah banyak memberikan gambaran. Padang Mahsyar memang terjadinya kelak di akhirat, tetapi berhubung fase ini pasti akan terjadi, sebab itulah yang membuat kaum muslimin perlu mempersiapkan diri.
Episode Padang Mahsyar ini memang sangat penting dibahas, karena setelah pasca Padang Mahsyar setiap insan akhirnya akan sampailah kepada kehidupan abadi masing-masing; surga atau neraka. Kenyataan ini hendaknya menyadarkan kita supaya lebih mengenali keadaan Padang Mahsyar tersebut.
Dari berbagai literatur, jamak diketahui Padang Mahsyar merupakan hamparan tempat berkumpulnya seluruh umat manusia yang dibangkitkan setelah merasakan kematian disebabkan dahsyatnya kiamat.
Arsikum Almasyhudi pada bukunya Sepuluh Peristiwa Besar Menjelang Kiamat Kubra (2006: 128) menerangkan:
Padang Mahsyar ialah tempat berkumpulnya manusia (maufiq) setelah dihidupkan kembali untuk dihisab atau diperhitungkan segala amal ketika segala amal ketika hidup di dunia. (HR. Tirmidzi)
Pasca terjadinya kiamat dimana segenap makhluk hidup menemui kematiannya, maka seluruh manusia dihidupkan kembali, lalu berkumpul di suatu tempat yang dinamakan Padang Mahsyar.
Inilah tempat yang sangat mendebarkan, suasana mencekam, para pendosa ketakutan.
Bayangkan bagaimana dramatisnya situasi di Padang Mahsyar, sebab semua manusia yang pernah menjalani kehidupan di dunia akan dihidupkan kembali.
Mudah bagi Allah Swt. menciptakan tempat sedahsyat Padang Mahsyar, sebagaimana dalam Al-Qur’an pun Tuhan memberikan gambarannya.
Surat Ibrahim ayat 48, yang artinya, “(yaitu) hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit. Mereka (manusia) berkumpul (di Padang Mahsyar) menghadap Allah Yang Maha Esa lagi Mahaperkasa.”
Ayat ini menegaskan, Padang Mahsyar itu jauh berbeda dengan bumi ataupun langit yang kita saksikan saat ini. Langit diganti, bumi diganti, sehingga Padang Mahsyar itu mampu menampung lautan umat manusia yang pernah ada.
Imam al-Ghazali dalam buku Mukasyafatul Qulub (2020: 261) menguraikan apa yang terjadi di sana:
Padang Mahsyar adalah satu padang luas terhampar yang tiada bagian yang berbeda di daerah itu. Mereka digiring ke sana yang tiada bagian yang berbeda di daerah itu. Mereka digiring ke sana dengan berkelompok-kelompok. Mahasuci Dia yang menghimpun semua makhluk, meskipun mereka datang dari penjuru bumi yang berbeda.
Mereka digiring dengan ar-rajifah, kemudian diiringi ar-radifah. Ar-rajifah adalah tiupan sangkakala yang pertama di hari kiamat, sedangkan ar-radifah adalah tiupan sangkakala yang kedua di hari kiamat. Seharusnya, pada waktu itu hati menjadi berdebar-debar dan mata menjadi khusyuk.
Manusia bertebaran seperti belalang yang beterbangan. Mereka dalam keadaan tidak bersandal, telanjang, dan berjalan kaki.
Rasulullah bersabda, “Manusia dibangkitkan kembali dalam keadaan tidak bersandal, telanjang, dan tidak bersunat. Sungguh, mereka dikekang oleh keringat dan mencapai kuping telinga.”
Saudah berkata, “Betapa buruknya, sebagian dari kita melihat sebagian kita yang lain.”
Nabi menjawab, “Manusia terlalu sibuk untuk melakukan hal itu.”
Betapa agungnya sebuah hari, ketika aurat-aurat terbuka, tetapi meskipun demikian, perbuatan melihat dan menoleh tidak dilakukan.
Ungkapan yang diterangkan Rasulullah di atas hendaknya dipahami makna tersiratnya. Jika manusia yang semuanya tanpa busana tapi tidak sempat saling melihat, adalah gambaran dahsyatnya kecemasan, ketakutan dan kepanikan, sebab setiap insan akan ditimbang amalan baik dan juga perbuatan buruknya.
Terlebih, kondisi Padang Mahsyar itu yang betul-betul mengandung ujian yang berat, seperti yang dipaparkan oleh Abdurrahman Al-Wasithi dan Abu Fatiah Al-Adnani pada bukunya 1001 Wajah Manusia di Padang Mahsyar (2008: 28):
Di Padang Mahsyar, matahari didekatkan di atas kepala mereka sejarak satu mil. Panas teriknya membakar kulit seluruh hamba, sehingga keringat mereka bercucuran deras membenamkan sebagian atau bahkan seluruh tubuh mereka . Keringat sebagian mereka bahkan meresap ke dalam tanah sedalam tujuh puluh hasta.
Sebagaimana dijelaskan dalam riwayat yang shahih: Dari Miqdad bin Al-Aswad berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, ‘Pada hari kiamat matahari didekatkan kepada seluruh makhluk hingga berjarak satu mil di atas kepala mereka, lalu seluruh manusia akan tergenang di dalam peluh mereka berdasarkan kadar amalan mereka di dunia. Di antara mereka ada yang tergenang setinggi kedua mata kakinya, ada yang tergenang setinggi kedua lututnya.’ Rasulullah lalu memberi isyarat dengan mengarahkan tangannya ke mulutnya.”
Belum ada seorang pun yang merasakannya, bukan berarti tidak ada kabar sama sekali tentang Padang Mahsyar. Malahan, diperoleh data-data valid terkait Padang Mahsyar, yang merujuk kepada Al-Quran dan hadis.
KOMENTAR ANDA