SANITASI merupakan hal yang penting diperhatikan dalam penanggulangan kebencanaan. Karena seringkali ancaman kesehatan datang dari sanitasi yang buruk pasca bencana.
Dalam kondisi normal saja, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menyebut dampak negatif dari sanitasi buruk. Setidaknya ada empat dampak sanitasi buruk bagi kesehatan masyarakat, yaitu penyakit diare, tifus, polio, dan penyakit cacingan.
Dalam situasi pasca bencana, kehidupan para pengungsi demikian memprihatinkan. Perhatian terpecah kepada banyak hal dan seringkali sanitasi dianggap bukan hal utama yang harus diiperhatikan. Padahal, sanitasi darurat itu penting dan sangat dibutuhkan di lokasi pengungsian.
Ada tiga fase darurat yang harus diperhatikan dalam menghadirkan sanitasi yang baik di pengungsian.
1. Fase Darurat
Pada tahap ini, fokus tindakan ada pada pengelolaan buang air besar sembarangan, jamban dasar, toilet ember. Wajib menjadi perhatian lokasi tempat buang air besar, karena tidak bisa di sembarang tempat. Sebaiknya dipersiapkan jamban dasar dan toilet darurat (bisa memanfaatkan ember) sebagai tempat untuk menyimpan air.
2. Fase Jangka Pendek
Pada fase ini bisa jadi melibatkan teknologi seperti toilet kering yang mengalihkan urine, tangki septik, sistem air limbah yang terdesentralisasi. Penyediaan tempat cuci tangan dan pengelolaan tinja menjadi bagian dari fase ini.
3. Fase Jangka Panjang
Pada tahap ini meliputi upaya pemulihan dan penyelesaian. Fase ini bertujuan untuk mempertahankan kesehatan dan kesejahteraan penduduk terdampak.
Kementerian PUPR salurkan bantuan prasarana sanitasi
Sementara itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus mengirimkan bantuan prasarana sanitasi dan air bersih untuk membantu para pengungsi korban gempa Cianjur, Jawa Barat.
Pengiriman parasana dan distribusi ke lokasi pengungsian telah dimulai sejak 23 November 2022, dan dilepas langsung oleh Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.
“Berdasarkan data Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Jawa Barat, total sarana dan tanggap darurat yang telah didistribusikan sebanyak 323 unit, yang tersebar ke 60 lokasi posko pengungsian,” kata Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Teknologi, Indistri, dan Lingkungan sekaligus Jubir Kementerian PUPR Endra S Atmawidjaja.
Hingga akhir November kemarin, sarana dan prasarana yang telah didistribusikan tersebut terdiri dari 142 unit hidran umum, 20 unit tenda 4x6, 4 unit tenda 6x12, 93 unit WC Portable, 18 unit mobil tanki air.
Kemudian, 1 unit mobil toilet kabin, 1 unit vakum tinja, 2 unit IPA Mobile, 1 unit dump truck 6 m3, 1 unit truck arm roll, 10 unit septic tank, dan 30 bak sampah.
KOMENTAR ANDA