Suasana konferensi pers film 'Perik Sidua Dua'/Net
Suasana konferensi pers film 'Perik Sidua Dua'/Net
KOMENTAR

TIDAK banyak cerita-cerita tradisi dan budaya lokal yang diangkat menjadi film layar lebar. Padahal, ada banyak hal menarik yang bisa diangkat dan sangat menjual untuk dijadikan sebuah tontonan berkelas.

Salah satunya adalah ‘Perik Sidua Dua’, yang menceritakan kisah percintaan yang dibungkus dengan mimpi-mimpi seorang anak perempuan untuk bisa mengembangkan ekonomi di masa paceklik di Tanah Karo, ditambah saat pandemi Covid-19.

Adalah Hujan Tarigan, si penulis naskah. Dia bercerita, di saat tokoh utama dan warga lainnya sedang membangun mimpi baru, datang Covid-19 yang membuyarkan semua mimpi-mimpi.

Tapi di sisi lain, tokoh utama itu sudah berhasil menerobos ketabuan adat, tentang perempuan Karo yang tidak memiliki catatan menjadi seorang pemandu wisata.

“Film ini juga akan meluruskan dan mengembalikan ingatan kita pada hubungan mesra antara masyarakat Karo di dataran tinggi, dengan Hollandia di bidang ekonomi dan perdagangan. Sehingga, diharapkan menjadi duta diplomasi perbaikan hubungan dan kerja sama antara masyarakat Kabupaten Karo dan Pemerintah Hollandia,” kata Hujan dalam Konferensi Pers Film Perik Sidua Dua, Minggu (11/12).

Pertemuan 75 kontributor yang akan terlibat dalam pembuatan film Perik Sidua Dua/Istimewa

Film ini nantinya akan mengambil setting lokasi di beberapa tempat di Kabupaten Karo. Drama kehidupan itu akan dibungkus dengan gambar-gambar indah dari panorama serta objek wisata yang tersebar di sepanjang dataran tinggi Karo dan tepian Danau Toba di Tongging.

Dan menurut produser ‘Perik Sidua Dua’, Benson Kaban, ada sekitar 17 destinasi wisata di Kabupaten Karo yang menjadi latar belakang lokasi pengambilan gambar, salah satunya Kota Wisata Berastagi.

“Kota Wisata Berastagi hanya berjarak 30-an kilometer dengan Gardu Pandang Tongging, yang digunakan sebagai posko utama produksi film layar lebar tersebut,” ungkap Benson.

Didukung penuh JMSI

JARINGAN Media Siber Indonesia (JMSI) mengapresiasi dan akan ikut mempromosikan film-film karya sineas muda di tanah air yang mengangkat tema kearifan dan daya tahan masyarakat lokal. Film bertema kedaerahan ini akan memberikan dampak yang luas baik bagi pembangunan daerah maupun pembangunan nasional.

Begitu disampaikan Ketua Umum JMSI Teguh Santosa, ketika dimintai pandangannya mengenai produksi film "Perik Sidua-dua" yang bercerita mengenai daya tahan masyarakat Karo di Sumatera Utara pada masa pandemi Covid-19.

“Kami mendukung karya sineas yang mengangkat setting masyarakat lokal dan nilai-nilai unggul yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat, khususnya daya tahan sosial di masa pandemi, seperti yang menjadi latar cerita dalam film Perik Sidua-dua ini,” ujar Teguh yang juga merupakan tokoh muda Sumatera Utara di Jakarta.

Teguh berharap, dukungan dari seluruh keluarga besar JMSI di seluruh Indonesia dapat ikut mendorong keberanian sineas muda di seluruh pelosok nusantara untuk berkreasi melahirkan karya film yang bermutu tinggi.

‘Perik Sidua Dua’ diperhitungkan akan menelan biaya Rp 1 miliar. Diproduksi oleh PT Agro Gegeh Persaha, sebuah platform perusahaan yang berkonsentrasi mengembangkan pertanian dan pariwisata.

Film ini akan sudah mulai open casting pemain, yaitu pada 11 hingga 21 Desember 2021, dan dilaksanakan di empat lokasi yaitu Medan, Binjai, Kabanjahe, dan Tongging.




Yayasan Jantung Indonesia Konsisten Dorong Gaya Hidup Sehat, Salah Satunya Lewat Olahraga Beladiri MMA

Sebelumnya

Kelezatan Kue Wajik yang Tak Lekang oleh Waktu

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Horizon