STUNTING merupakan gangguan perkembangan pada anak yang disebabkan karena kurang gizi atau gizi buruk yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan yang ditandai dengan infeksi berulang dan pertumbuhan kognitif yang tidak maksimal. Bila hal tersebut dibiarkan maka dapat berpengaruh terhadap kualitas generasi Indonesia di masa depan.
Kasus stunting yang terjadi di Indonesia masih dalam tahap yang cukup tinggi. Angka stunting yang ada di Indonesia pada tahun 2021 masih tergolong cukup tinggi yaitu sekitar 24,4 persen. Meskipun angka ini telah mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2020, yaitu sekitar 26,92 persen. Namun angka ini masih berada di atas angka yang ditetapkan oleh WHO yaitu sekitar kurang dari 20 persen.
Hal tersebut tentu sangat memprihatinkan mengingat Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat banyak dan besar. Selain itu berbagai panganan di Indonesia banyak sekali yang memiliki protein tinggi diantaranya adalah Tempe.
Wida Winarno, salah satu pendiri Indonesian Tempe Movement, yang merupakan organisasi non profit yang meneliti tentang tempe, mengatakan kepada Farah.id dalam sebuah kegiatan “Menempe” di TPA Bantar Gebang:
“Dari sudut keilmuwan, tempe ini merupakan panganan yang sangat besar manfaatnya, hingga disebut sebagai makanan supergizi. Tempe mengandung banyak sekali protein. Beberapa manfaat tempe antara lain adalah antioksidan, antikanker antiinflamasi, antipendarahan.” papar Wida.
Wida menambahkan bahwa di Indonesia sangat mudah didapat, harganya juga cukup mudah, namun sayangnya banyak orang yang belum menyadari potensi tempe ini. Ia juga menambahlan bahwa kandungan gizi yang terdapat di dalam tempe dapat membantu menyelesaikan beberapa masalah kesehatan.
“Pembuatan tempe tergolong cukup mudah, kegiatan ini tergolong padat karya yang dapat menyerap tenaga kerja yang banyak. Tempe ini juga dapat dikerjakan dengan skala yang kecil, yang dapat dimanfaatkan untuk keluarga ataupun dijual untuk menambah perekonomian keluarga.” ulas wanita alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB) tersebut.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Indonesian Tempe Movement, pembuatan tempe dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam jenis kacang-kacangan, namun yang paling tinggi proteinnya adalah kedelai.
Berikut ini adalah tahapan pembuatan tempe yang diajarkan oleh tim Indonesian Tempe Movement, yaitu:
1. Rendam 1 kg kedelai ke dalam air yang diberi 3 tutup botol cairan fermentasi asam laktat (palape) selama 2 hari, agar kedelai dapat mencapai kondisi asam dengan PH mencapai 4,5 dan kulitnya dapat mengelupas.
2. Setelah itu kedelai dicuci dengan sampai bersih lalu dikukus hingga matang
3. Kedelai yang telah dikukus tersebut ditiriskan hingga kering.
4. Kedelai yang telah dikukus tersebut kemudian di letakkan di wadah datar seperti tampah lalu diberi ragi sampai rata. Untuk 1 kg kedelai kukus, ragi yang digunakan hanya sekitar 2,5 gram saja.
5. Lalu kedelai dibungkus dengan daun pisang yang sudah dibersihkan. Proses pembungkusan tempe dengan daun pisang bertujuan agar aromanya lebih enak dan kadar vitamin B nya lebih terjaga.
6. Tempe yang sudah dibungkus tersebut diletakkan pada suhu ruang agar dapat terbentuk fungi-fungi jamur yang berwarna putih dan dalam 2 hari tempe sudah dapat dimasak.
Indonesian Tempe Movement berharap proses pembuatan tempe yang relatif mudah tersebut diharapkan dapat dilakukan oleh para ibu rumah tangga sebagai salah satu langkah pemenuhan gizi keluarga, khususnya mengatasi stunting.
KOMENTAR ANDA