HINGGA saat ini, muncul perdebatan mengenai bahaya televisi bagi tumbuh kembang anak balita. Beberapa ahli menyebutkan, terlalu lama di depan televisi atau gadget justru membuat anak tidak lebih cerdas secara emosional.
Namun beberapa orangtua justru menolak anggapan tersebut. Sebab bagi mereka, anak-anak yang terbiasa menonton televisi dengan tontonan khusus balita, sementara orangtua sibuk mengurus rumah atau pekerjaan, mengalami perkembangan yang baik.
Anak menjadi lebih memiliki banyak kosakata, lebih unggul dalam pengenalan huruf, dan kelebihan lainnya. Bahkan tiba-tiba, mereka bisa menjadi anak yang baik dan senang menolong.
Lalu, pendapat siapa yang benar?
Perkembangan otak di awal kehidupan bayi
Seorang peneliti, Wakil Presiden Cape Fear Pediatrics di Wilmington, North Carolina, David Hill menjelaskan, dibutuhkan sekitar 18 bulan bagi otak bayi untuk memahami bahwa simbol-simbol yang muncul di layar TV atau gadget merupakan gambaran dari suatu hal atau objek di dunia nyata.
Sementara bayi dan balita, sebenarnya lebih membutuhkan interaksi dengan orang-orang di sekitar mereka dibandingkan dengan TV. Bayi perlu menyentuh, mengguncang, membuang, atau meraih berbagai macam benda yang ada di sekelilingnya untuk belajar.
Sementara, tontonan-tontonan edukatif di televisi mungkin saja mengajarkan keterampilan tertentu untuk bayi dan balita. Tapi, tetap saja keterampilan tersebut tidak bisa diterjemahkan oleh otak bayi ke dalam pembelajaran dunia nyata.
Efek negatif televisi bagi tumbuh kembang bayi
Dari kesimpulan di atas, semua peneliti setuju bahwa anak-anak di bawah 2 tahun tidak mampu mengambil pelajaran dari tayangan edukatif di TV.
Penulis The Elephant in the Living Room: Make Television Work for Your Kids, Dimitri Christakis, MD mengatakan, otak bayi baru lahir akan berkembang tiga kali lipat ukurannya sampai 2 tahun. Pertumbuhan otak itu terjadi karena adanya respon langsung terhadap rangsangan eksternal dalam konteks pengalaman dunia nyata.
Sementara, direktur New Direction Institute for Infant Brain Development, Jill Stamm, PhD menjelaskan, tidak ada bahaya permanen terhadap bayi yang menonton tayangan TV. Walau begitu, TV tidak membantu proses tumbuh kembang bayi dan justru memperlambat perkembangannya.
Membiarkan bayi di bawah usia 18 bulan menonton TV, akan memberi efek negative yang dapat bertahan lama, terutama pada keterampilan membaca dan memori jangka pendek, pola tidur, serta fokus anak.
BabyCentre pun menulis, ada baiknya anak-anak di bawah 2 tahun tidak menghabiskan waktu menonton tayangan TV, menggunakan computer, bermain game elektronik, atau memainkan gadget.
Perlu screen time, atau batasan berada di depan layar, agar di kecil bisa bermain kreatif dan bersosialisasi. Dengan begitu, seiring bertambahnya usia anak, mereka menjadi lebih mungkin untuk menerima manfaat dari teknologi dengan sebenarnya.
Jadi, meskipun beberapa orangtua menilai gadget maupun televisi membantu perkembangan otak anak, pastikan pula bahwa anak cerdas dalam bersosialisasi dan mengelola emosi. Karena dua hal tersebut menjadi penting untuk masa depannya.
KOMENTAR ANDA