Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

KEHIDUPAN suci di Baitul Maqdis sudah meresap hingga ke lubuk hatinya. Sehingga kedatangan tamu lelaki misterius membuat Maryam ekstrawaspada. Dirinya perempuan baik-baik yang teguh membela kesucian.

Remaja itu tegas menegur tamu tak diundang tersebut agar pergi dari sana dan tidak berbuat yang menyimpang. Dalam surat Maryam: 18, Allah berfirman:

“Maryam berkata, ‘Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa.”

Teguran itu disampaikan Maryam, karena dirinya memang belum mengetahui yang datang ialah malaikat yang menyamar. Namun dari caranya menegur, terlihat Maryam memang seorang gadis yang sangat memelihara kesucian dirinya.

Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy pada Tafsir Al-Quranul Majid An-Nur Jilid 3 (2011: 6) menerangkan: Ketika Maryam melihat Jibril menyingkap tirainya, dia pun terkejut dan menyangka Jibril bermaksud jahat. Karenanya dia berkata, “Aku berlindung diri kepada Allah Yang Maha Pemurah, supaya memelihara aku dari kejahatanmu. Jika kamu seorang yang bertakwa, tentulah kamu menjauhi segala yang dilarang oleh Allah dan aku terhindar dari kejahatanmu.”

Inilah suatu bukti bahwa Maryam itu seorang yang terpelihara dan terjaga kehormatannya. Dia berlindung kepada Allah dari terjerumus ke dalam kancah fitnah.

Jibril menyerupakan dirinya dengan seorang manusia dan mendatangi Maryam secara tiba-tiba adalah untuk menguji Maryam dalam menjaga kesucian dirinya.

Namun yang datang itu bukan manusia biasa, melainkan malaikat Jibril yang menyerupakan dirinya sebagai lelaki. Dan kejutannya masih berlanjut, sebab misi yang disampaikan Jibril sungguh mencengangkan.

Dalam surat Maryam: 19, Allah kembali berfirman: “Ia (Jibril) berkata, ‘Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci’.”

Jibril langsung menerangkan maksud kedatangan dirinya, untuk menyampaikan suatu misi mulia dimana Maryam terpilih akan mengandung dan melahirkan seorang nabi.

Mestinya Maryam bahagia mendengar pesan Ilahi tersebut, hanya saja dirinya belum bersuami, yang tentu menimbulkan kebingungan yang begitu sangat. Kondisi dirinya yang tidak menikah menjadikan tanda tanya besar di benak Maryam.

Kembali ke surat Maryam:20, yang artinya: “Maryam berkata, ‘Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!”

Muhammad Nasib Ar-Rifa'i dalam buku Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1 (1999: 516) menguraikan: Setelah Maryam mendengar berita gembira itu, maka Maryam berkata, “Tuhanku, bagaimana mungkin aku punya anak, padahal aku tak bersuami, bahkan kawin pun tak berniat.” Malaikat berkata kepadanya, “Demikianlah Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki.” Yakni, demikianlah perkara Allah yang besar. Tak ada satu perkara pun yang dapat melemahkan-Nya.

Perlu diluruskan terlebih dulu bahwa pertanyaan atau tanggapan Maryam itu bukanlah suatu sanggahan terhadap titah Ilahi. Sebagai perempuan yang belum menikah dan mengabdikan diri di rumah Tuhan, dirinya sudah memiliki level ketaatan yang tinggi terhadap perintah Allah Swt. Lalu, apa yang maksud tanggapan Maryam itu?

Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy (2011: 7) mengungkapkan: Maryam bertanya demikian bukanlah karena dia berpendapat bahwa Allah tidak sanggup memberikan seorang anak kepadanya tanpa melalui jalan biasa, tetapi dia ingin mengetahui, apakah dia akan memperoleh anak sesudah dia bersuami ataukah Allah sendiri akan menjadikan anak itu baginya dengan tidak melalui jalan biasa. Kami (Allah) melakukan yang demikian untuk membuktikan Kemahakodratan Kami. Kami telah menjadikan dahulu bapak mereka, Adam, dengan tidak berbapak dan tidak beribu serta Kami jadikan Isa dari seorang ibu saja, sedangkan manusia lain Kami jadikan dari bapak dan ibu.

Dan segalanya menjadi mudah dicerna, bahwa semuanya menjadi mudah atas kuasa Allah Swt. Nabi Adam saja diciptakan tanpa ayah bunda, maka mudahlah bagi Allah memberi amanah kehamilan tanpa suami bagi Maryam. Sehingga, tidak ada sedikit pun keraguan pada diri Maryam untuk menerima takdir yang tidak lazim itu.

Kemudian atas izin Allah Swt, maka malaikat pun meniupkan ruh kepada Maryam hingga di rahim sucinya itu bersemayam janin yang kelak akan menjadi nabi.

Dalam surat Al-Anbiya: 91, Allah berfirman: “Dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh)nya ruh dari Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam.”

Hal yang senada disebutkan pada surat At-Tahrim ayat 12, yang artinya, “Dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-Kitab-Nya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat.”

Pastinya kehamilan Maryam sulit diterima oleh nalar manusia biasa. Maryam pun paham sekali akan menerima caci maki serta penghinaan yang keji. Apalagi ia berasal dari keluarga baik-baik, dan mengabdikan hidupnya di Baitul Maqdis.

Lantas, bagaimana seorang gadis suci dapat hamil tanpa adanya pernikahan? Meski pun berat, Maryam sudah menyiapkan mentalnya, karena jalan perjuangan tidak pernah ringan.




Pantaskah Bagi Allah Anak Perempuan?

Sebelumnya

Betapa Lembutnya Al-Qur’an Menerangkan Surga Adalah Hak Perempuan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tafsir