Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

BAHKAN seorang pengembara pun perlu menikah, membina rumah tangga, yang tentunyamempunyai pasangan hidup yang sah. Apabila tepat dalam memilih calon istri, itu artinya sukses pula dalam menyiapkan calon ibu bagi anak-anak yang akan lahir nantinya.

Sebaliknya, salah dalam memilih calon istri bukan hanya menciptakan neraka bagi lelaki tersebut, tetapi juga petaka bagi anak keturunannya kelak.

Imam Al-Ghazali dalam bukunya Ihya Ulumuddin Jilid 3: Akhlak (2011: 62) menceritakan seorang pengembara bernama Al-Azdi, bertemu dengan Nabi Ilyas as. Lalu, Nabi Ilyas as menyuruh ia menikah dan melarangnya membujang selamanya.

Kemudian beliau bersabda kepada Al-Azdi, “Jangan engkau nikahi empat tipe wanita. Pertama al-Mukhtali'ah, wanita yang setiap saat, tanpa sebab, meminta khulu' (pencabutan nikah dengan menyerahkan kembali mahar yang telah ia terima sebelumnya kepada suami).

Kedua al-Mubariyah, wanita yang membanggakan diri kepada wanita lain dan menyombongkan diri karena persoalan-persoalan duniawi yang ada padanya. Ketiga al-Ahirah, wanita fasik yang memiliki teman rahasia (selingkuhan). Dan keempat al-Nasyiz, wanita yang bersikap sombong terhadap suaminya melalui perbuatan maupun perkataan.

Petuah Nabi Ilyas as ini masih akan terus aktual di zaman apapun. Apabila beristri al-Mukhtali'ah, maka lelaki akan sering dibuat pusing kepala, karena wanita seperti itu bukannya mempertahankan pernikahan, malah begitu ringan menuntut perceraian. Padahal, menikah itu bukan perkara satu dua hari, melainkan ikatan dunia akhirat.

Jika yang dinikahi perempuan al-Mubariyah, maka suami akan pusing dengan banyaknya orang-orang yang sakit hati. Perangai istri yang sombong hanya menambah jumlah pihak yang memusuhinya. Padahal, tidak ada yang abadi di dunia ini, sehingga tidak satu pun harta benda yang pantas dibanggakan.

Sementara itu, tipe istri al-Ahirah akan lebih meruntuhkan mental suami. Karena, perempuan seperti ini senang sekali berselingkuh.

Wanita seperti inilah yang diwanti-wanti Allah Swt dalam surat an-Nisa ayat 25: “dan bukan (pula) perempuan yang mengambil laki-laki lain sebagai piaraannya.”

Bagaimana pula membangun rumah tangga yang bahagia jika istri memiliki lelaki idaman lain. Padahal, kesetiaan merupakan modal penting dalam sakinahnya rumah tangga.

Akhirnya, al-Nasyiz adalah tipe yang membuat suaminya tidak berharga. Bayangkan, istri yang sombong tidak terkira, apalagi yang menjadi sasaran kesombongan justru suaminya sendiri, sehingga kepala rumah tangga itu merasa dilecehkan dalam perkataan dan perbuatan. Padahal, sikap saling menghormati itulah yang memayungi ketenangan rumah tangga.

Menikah memang gerbang menuju surga dunia. Setidaknya ada dua hal yang patut dipertimbangkan:

  1. Para muslimah baiknya mewaspadai empat tipe yang berbahaya tersebut. Peliharalah dirimu dari hal-hal buruk yang akan merusak masa depan rumah tangga. Keempat karakter itu tidaklah pantas dimiliki oleh muslimah sejati, yang merupakan tumpuan menjadi istri salehah.
  2. Lelaki hendaknya berhati-hati menentukan pilihan calon istri. Dari itulah Islam memperkenalkan proses taaruf (perkenalan). Dan ini bukan sekadar perkenalan yang sifatnya formalitas belaka, tetapi hingga menelusuri dan memahami karakter kepribadian.

Cobalah lebih jeli dalam menelisik dimensi sifat negatif, meski pun tidak ada manusia yang sempurna. Pada titik inilah diperlukan kejujuran dalam taaruf. Perempuan cantik itu memang banyak, tetapi yang cantik hatinya akan memberikan banyak keberkahan.

Akhirnya, dalam perjuangan menuju jodoh sejati dan sehati itu tidak boleh terlepas dari karunia Ilahi. Mintalah bimbingan Allah supaya memperoleh hidayah demi pasangan yang benar-benar membawa kebahagiaan.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur