IHWAL mitigasi bencana kini sudah tak bisa dianggap remeh.
Terlebih lagi saat ini, kita mendengar semakin banyak bencana alam yang terjadi tak hanya di negeri kita tapi juga di berbagai penjuru dunia.
Mengingat kondisi geografis Indonesia yang memang berada di wilayah rawan bencana alam, sejak empat tahun lalu, PREDIKT sebagai startup social enterprise hadir dengan kegiatan sosial yang bergerak di bidang edukasi bencana.
Nama PREDIKT diambil dari “Preparedness for Disaster Toolkit” yang menyimbolkan kesiapan keluarga dalam menghadapi bencana.
“Kami membuat PREDIKT toolkit berupa satu set permainan papan yang bisa dimainkan bersama keluarga. Permainan ini memodifikasi dua permainan yaitu ular tangga dan monopoli. Hingga saat ini, penjualan game board PREDIKT bahkan sudah mencapai konsumen di Malaysia. Di dalam permainan itu kita bisa belajar lebih banyak tentang bencana. Apa yang harus dilakukan ketika gempa, ketika kebakaran, ketika banjir, dan lainnya, ” ujar Wahyu Agung K., Director of Program PREDIKT saat diwawancarai Farah.id.
“Selain menjual permainan tersebut, kami juga melayani pelatihan-pelatihan kebencanaan, dan penelitian bekerja sama dengan organisasi kemanusiaan yang memiliki project berkaitan dengan respons bencana. Itulah tiga layanan yang dimiliki PREDIKT,” imbuhnya.
Menyesuaikan misinya untuk memberi edukasi bencana pada keluarga, PREDIKT menjadi narasumber dalam kegiatan Milad ke-11 Ibu Profesional yaitu “Workshop Emergency Response: Penanggulangan Situasi Darurat” pada 18 Desember lalu di Jakarta.
Dalam workshop yang terbagi ke dalam dua sesi tersebut, PREDIKT tak hanya memaparkan urgensi emergency response tapi juga menggelar kuis untuk mengetes sejauh mana pemahaman dan pengetahuan para peserta workshop terkait persiapan keluarga menghadapi bencana.
“Ini sesuai dengan misi perusahaan kami yang ingin memberi edukasi kebencanaan dimulai dari keluarga. Anggota Ibu Profesional adalah para ibu, kami merasa gayung bersambut dengan Ibu Profesional, bahwa pemahaman tentang siaga bencana harus dimulai dari keluarga,” ujar Wahyu.
Di antara kegiatan yang sudah dilakukan PREDIKT adalah melakukan pendampingan komunitas di daerah rawan banjir, salah satunya di Cilincing, Jakarta Utara. Tim PREDIKT saat ini masih aktif menggelar pelatihan edukasi bencana untuk masyarakat terdampak gempa di Cianjur, Jawa Barat.
PREDIKT juga bekerja sama dengan Kementerian Sosial melalui penggunaan game board oleh Taruna siaga bencana yang ada di setiap daerah.
Tak hanya itu, PREDIKT juga merintis kerja sama dengan tim teknis BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) untuk berpatisipasi dalam tugas siaga bencana. PREDIKT pun menjadi mitra diskusi untuk pembuatan kebijakan yang berkaitan dengan mitigasi bencana.
Tim PREDIKT terdiri dari orang-orang dari beragam latar belakang disiplin ilmu yang dipersatukan lewat aktivitas respons bencana. Mereka merupakan para peneliti yang fokus mempelajari masalah kebencanaan, termasuk di dalamnya masalah psikososial dan perkembangan usia anak.
Seperti diketahui pemulihan bencana bukan hanya meliputi memperbaiki dan membangun kembali sarana, prasarana, dan permukiman penduduk yang hancur, melainkan trauma healing yang mementingkan aspek psikologis, khususnya terhadap perempuan dan anak-anak.
Bagaimana Wahyu melihat kesadaran masyarakat Indonesia terhadap mitigasi bencana?
“Kultur di Indonesia itu umumnya ‘merasakan dulu baru melakukan sesuatu’. Karena itulah, edukasi bencana untuk masyarakat yang tinggal di lokasi rawan bencana menjadi ‘pekerjaan rumah’ yang tidak mudah dilakukan. Karena itulah kami mulai pelan-pelan dengan membuat permainan ini (PREDIKT board games), untuk memulai edukasi dari satuan masyarakat terkecil yaitu keluarga,” katanya.
Ia menambahkan, pemerintah Indonesia juga sudah mempunyai program edukasi bencana yang menjangkau komunitas-komunitas, di antaranya adalah sekolah melalui Satuan Pendidikan Aman Bencana atau program Desa Siaga Bencana. PREDIKT berharap, edukasi yang dimulai dari keluarga dapat disebarluaskan di sekolah.
Ke depannya, PREDIKT akan terus mengevaluasi dan mengembangkan kegiatan kebencanaan di Indonesia, menyiapkan budaya siap bencana sejak dini, dan juga memperkuat peran orangtua dalam edukasi bencana di keluarga—terutama bagi anak-anak.
Menurut Wahyu, orangtua harus melibatkan anak secara aktif. Tidak hanya memberi tahu informasi seputar bencana tapi juga berinteraksi dengan anak agar tercipta keluarga siaga.
“Kami juga berencana masuk ke universitas-universitas. Alasan game PREDIKT menyasar mahasiswa karena universitas mempunyai program pengabdian masyarakat. PREDIKT berharap edukasi bencana bisa dimasukkan ke dalam program tersebut,” pungkas Wahyu.
KOMENTAR ANDA