SALAH satu cara untuk mengajak anak-anak mengenal astronomi sejak dini, Planetarium menghadirkan program kunjungan ke sejumlah sekolah dasar. Dalam hal ini, bekerja sama dengan Dinas Pendidikan DKI Jakarta yang memberikan daftar 30 SD Negeri yang siap menerima kedatangan tim Planetarium.
“Yang kami lakukan saat berkunjung ke sekolah adalah melakukan penyuluhan astronomi berupa presentasi astronomi. Kami juga membawa teleskop ke sekolah untuk pengenalan teleskop sekaligus melakukan pengamatan matahari dengan menggunakan teleskop,” ujar Mila Izzatul Ikhsanti, Edukator Planetarium dan Observatorium Jakarta saat ditemui Farah.id dalam acara Jelajah Cita Cita pada Milad ke-11 Ibu Profesional.
Mila (paling kiri) bersama Tim Planetarium Jakarta
Planetarium juga membuka pintu bagi SD swasta maupun SD Negeri lain yang ingin mendapat penyuluhan astronomi. Pihak sekolah dapat mengirimkan surat kepada Planetarium yang berada di bawah Unit Pengelola Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (TIM).
Selama dua tahun terakhir pandemi COVID-19, berbagai aktivitas astronomi dilakukan secara online. Padahal sebelumnya, sepanjang tahun, Planetarium yang berlokasi di Cikini, Jakarta Pusat itu tak pernah sepi dari kunjungan siswa SD, SMP, maupun SMA dari seluruh Nusantara, juga kunjungan dari komunitas dan organisasi.
Bagaimana Planetarium melaksanakan kegiatannya selama pandemi?
“Kami menggelar observasi secara virtual. Observasi matahari misalnya, kami lakukan di Planetarium lalu visualnya dikirimkan via Zoom meeting,” papar Muslimah berhijab yang hobi fotografi ini.
Lantas dengan membaiknya kondisi pandemi di Tanah Air, adakah rencana khusus Planetarium di tahun 2023?
“Tahun 2023, kami masih belum tahu apakah Teater Bintang sudah bisa dibuka kembali. Karena Teater Bintang, ruang pameran, termasuk observatorium sampai saat ini belum selesai proses revitalisasinya. Namun untuk program lain seperti kunjungan ke sekolah dan pengamatan fenomena akan tetap dilakukan. Salah satunya di tahun 2023 akan ada gerhana matahari, tim kami akan pergi ke Indonesia Timur untuk melakukan penyuluhan astronomi dan pengamatan matahari di sana. Demikian juga dengan peneropongan umum malam hari, kami mempersilakan masyarakat untuk datang ke TIM, kami akan membuka teleskop portable untuk pengamatan planet atau bulan,” ungkap Mila.
Kegiatan astronomi menjadi sebuah pengalaman yang mengasyikkan bagi anak-anak. Terlihat dari antusiasme peserta acara Jelajah Cita Cita saat meneropong matahari dari rooftop Hotel Dafam Enkadeli Jakarta menggunakan teleskop.
Kehadiran Planetarium dalam acara Jelajah Cita Cita yang diikuti lebih dari 100 anak tersebut menjadi bagian dari misi edukasi yaitu memperkenalkan astronomi sekaligus profesi astronom.
Selama ini, sebagian besar anak mungkin lebih akrab dengan istilah astronaut dibandingkan astronom. Padahal kegiatan astronomi yang mengamati planet, matahari, bulan, dan bintang memiliki keunikan dan keasyikan tersendiri yang menjadi daya tariknya.
“Astronomi adalah ilmu yang menarik bagi anak-anak juga bagi orang dewasa. Ilmu ini sebenarnya luas. Sayangnya, banyak mitos yang ‘mewarnai’ astronomi, misalnya anak-anak diberitahu jika terjadi gerhana bulan harus buru-buru ngumpet di kolong meja, dan sebagainya. Mitos-mitos itulah yang kami ingin luruskan secara sains. Kita tahu bahwa sejak tahun 1969, Bung Karno sudah punya misi supaya masyarakat Indonesia bisa terbebas dari tahayul-tahayul semacam itu, makanya dibangunlah Planetarium,” papar Mila sembari memohon doa agar proses revitalisasi Planetarium cepat selesai.
Ya, semoga masyarakat, termasuk anak-anak, dari berbagai daerah di penjuru Tanah Air bisa kembali mengunjungi pusat kegiatan astronomi terbesar dan tertua di Indonesia ini.
KOMENTAR ANDA