DRAMA Korea (drakor) sering membuat penasaran para penggemarnya. Bukan hanya aktor atau aktris yang cantik dan ganteng, atau alur ceritanya yang menggoda, sisi kulinernya ikut menggugah selera.
Dalam adegan demi adegan drakor, rajin menayangkan acara makan-makan. Dari sanalah gempita kuliner Korea berkembang pesat.
Memang tidak perlu biaya besar untuk bisa mencicipi berbagai jenis makanan khas Korea. Di Indonesia, makanan instan Negeri Ginseng ini membanjiri Tanah Air.
Salah satunya yang cukup sering disorot kamera adalah topokki atau tteokbokki. Mudahnya, kamu tinggal membeli kedua jenis santapan itu di restoran atau membeli instannya untuk dimasak di rumah, semua komplit bersama bumbu.
Olivia Kristie dalam bukunya 101 Korean Food Guide (2015: 54) menjelaskan: Tteokbokki adalah bintangnya street food di Korea. Selain harganya murah, tteokbokki memiliki rasa yang enak dan cukup mengenyangkan. Inilah mengapa makanan ini disukai segala golongan usia, mulai dari anak kecil, remaja hingga orang dewasa.
Makanan ini dibuat dari beras ataupun tepung beras yang dikukus, dan dicetak dalam bentuk lonjong, kemudian dimasak bersama dengan saus gochujang. Rasanya bervariasi, mulai dari asin-manis hingga sangat pedas, tergantung seberapa banyak jumlah gochujang yang dimasukkan. Semakin merah warna tteokbokki, maka biasanya semakin pedas rasanya.
Tteokbokki sering kali dimasak dengan tambahan telur ayam rebus, fish cake, keju, atau kimchi. Beberapa varian tteokbokki antara lain adalah cheese tteokbokki (yang berisi keju) dan rabokki (ditambah ramyeon).
Kehalalan tteobokki dan topokki
Sekilas, jika hanya kue tepung beras yang dikukus, rasanya bangsa Indonesia juga bisa. Tetapi topokki atau tteokbokki khas Korea ini sudah terlanjur punya kelasnya tersendiri.
Berhubung Indonesia menganut pasar bebas, ya suka tidak suka, akhirnya tteokbokki meramaikan jagad kuliner Tanah Air.
Kendati tteokbokki cuma berbahan tepung beras, bukan berarti segalanya sudah beres. Mendengar kata beras, yang demikian akrab dalam keseharian kita, tidaklah jaminan sudah nyaman dalam urusan kehalalan.
Dengan tersedianya topokki atau tteokbokki yang bersertifikat halal, mestinya konsumen muslim sudah tenang. Ya, logikanya memang begitu.
Namun, bukankah tteokbokki mengandung etanol? Bagaimana bisa dilabeli sertifikasi halal ya?
Laman halalmui.org menjelaskannya!
Baru-baru ini ramai diperbincangkan produk tteokbokki instan asal Korea yang sudah memiliki sertifikat halal MUI. Namun dalam bahannya tercantum memiliki etanol.
Produsen kue beras menggunakan etanol untuk mencegah pertumbuhan mikroba. Etanol disemprot atau dicelupkan, setelah kue beras direbus dan dibentuk.
Etanol yang digunakan sudah diencerkan dengan air, menjadi larutan etanol dengan kadar 0,5%, yang digunakan sebagai bahan penolong proses untuk mengawetkan kue beras, sehingga terhindar dari mikroba kontaminan. Proses selanjutnya, pengeringan.
Etanol masih dapat digunakan dalam proses produksi produk halal, bila sumbernya bukan berasal dari hasil industri fermentasi khamr atau diproduksi secara sintetik.
Fatwa MUI terbaru No 10/2018, tentang Produk Makanan dan Minuman yang mengandung Alkohol/Etanol menyebutkan, hanya etanol yang berasal dari khamr yang tidak bisa digunakan untuk produk halal, karena bersifat haram dan najis.
Bila produk tersebut sudah memiliki sertifikat halal MUI, berarti telah dipastikan bahwa sumber etanol bukan berasal dari khamr. Begitu pun titik kritis kehalalan lain yang terdapat dalam tteokbokki instan.
Peraturan BPOM No. 31 Tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan menegaskan, daftar bahan pada label meliputi bahan baku dan bahan tambahan pangan, termasuk bahan penolong proses. Panganan olahan dengan penggunaan alcohol, wajib mencantumkan kadar yang digunakan.
Selain etanol, masih terdapat titik kritis lain yang perlu dicermati konsumen, yaitu penggunaan bahan pengemulsi, seperti glycerin fatty acid ester. Bahan ini dihasilkan dari gliserol dan asam lemak alami, yang dapat bersumber baik nabati atau hewani.
Begitu pula dengan gochujang, cabai fermentasi dengan penambahan MSG dan seasoning. Bahan-bahan ini memiliki titik kritis dari sisi kehalalan.
Memang, pada akhirnya tidak perlu meragukan sertifikasi halal tteokbokki. Namun, konsumen muslim perlu mengetahui dengan jelas terkait alasan-alasan tersebut. Dan apapun keadaannya, tetap saja diperlukan kepercayaan terhadap sertifikasi halal.
KOMENTAR ANDA