BEBERAPA waktu lalu, ada seorang perempuan muda berusia 25, menceritakan bahwa dirinya divonis mengalami menstruasi dini. Suatu kekhawatiran, mengingat di usianya tersebut keinginan untuk memiliki keturunan masih sangat besar.
Memang, menopause bisa saja terjadi pada usia dini, hanya saja itu suatu kejadian langka. Biasanya, menopause baru dialami perempuan usia 45 hingga 55. Itulah yang kini dialami oleh seorang perempuan muda asal Inggris berinisial ED.
Dalam kisahnya yang dimuat di BBC News, ED mengaku mulai berhenti menstruasi di usia 25. Saat itu, dirinya yang terbiasa mengonsumsi pil KB memilih berhenti melakukannya karena suatu alasan.
Tentu saja ia sangat terpukul saat didiagnosis menopause di usia dini. Karena semestinya, usianya tersebut adalah usia subur. Menurut pihak medis, ED seperti kehilangan kunci untuk bisa mendapatkan keturunan secara alami.
Primary Ovarian Insufficiency
Apa yang dialami ED, menurut medis dikenal dengan Primary Ovarian Insufficiency (POI), yaitu kondisi di mana ovarium berhenti berfungsi sebagaimana mestinya, sebelum usia 40.
Di sini, ovarium tidak menghasilkan hormon estrogen dalam jumlah normal atau melepaskan sel telur secara teratur. Kondisi ini juga disebut sebagai kegagalan ovarium premature dan sering menyebabkan kemandulan.
Umumnya, kondisi ini dialami perempuan usia 27. Tapi, tidak menutup kemungkinan POI terjadi pada perempuan remaja, bahkan sejak lahir.
Penyebab dan gejala POI
Terkadang, kondisi POI tidak memiliki penyebab yang jelas. Namun biasanya disebabkan oleh beberapa kondisi, seperti autoimun, cacat kromosom, terpapar racun dari radiasi dan kemoterapi, dan penyebab lain yang tidak dapat diidentifikasi.
Untuk gejalanya, mirip dengan gejala menopause, yaitu tidak ada menstruasi atau menstruasi tidak teratur, berkeringat di malam hari, rasa gerah, vagina kering, hingga berkurangnya keinginan untuk berhubungan intim.
Juga memengaruhi kondisi psikis seperti sulit tidur, depresi, cepat marah, cemas, dan sulit berkonsentrasi.
Apakah penderita POI tidak bisa hamil?
Kondisi POI dapat menimbulkan komplikasi, salah satunya infertilitas. Penderitanya akan kehilangan peluang hamil, ketika sel telur benar-benar habis. Jika tidak, maka peluang hamil masih ada. Inilah yang membedakan POI dengan menopause.
Karena itu, penderita POI masih bisa diobati, salah satunya dengan terapi hormon estrogen dan progesteron. Terapi ini dilakukan melalui pil, semprotan, plester, gel, atau cincin alat vital. Terapi hormon bekerja memberikan keseimbangan hormon tubuh dan mengurangi risiko kesehatan, di antaranya osteoporosis, jantung, atau demensia.
Perawatannya sendiri biasanya berfokus pada mengurangi gejala dan mengatasi masalah yang timbul akibat defisiensi estrogen.
KOMENTAR ANDA