Keluarga Norfasarie dan Baihakki/ @norfasarie
Keluarga Norfasarie dan Baihakki/ @norfasarie
KOMENTAR

MENGENANG kejadian 11 tahun silam, Norfasarie Mohamed Yahya masih mengingat saat ia memeriksakan kandungan anak keduanya, Moza Alyka Baihakki, ketika petugas medis memberitahunya, “Saya bisa melihat jantung, ginjal, dua mata, hidung, dan dua kakinya. Semua terlihat sempurna. Ini adalah tangan kiri dan kelima jarinya. Tetapi saya tidak dapat menemukan lengan dan jari kanannya…”

Pengusaha, aktris, sekaligus penyanyi itu kemudian diberitahu oleh dokter kandungannya bahwa bayinya terkena kondisi yang dikenal sebagai sindrom pita ketuban. Kelainan bawaan langka itu menghambat pertumbuhan tangan kanannya.

Norfasarie mengingat semburan air mata yang mengalir deras saat dia bergumul dengan keraguannya.

“Apakah otaknya akan baik-baik saja? Apakah dia harus pergi ke sekolah untuk kebutuhan khusus? Apakah dia akan merangkak? Apakah dia akan menikah? Saya bahkan sempat berpikir untuk menggugurkan kandungan,” aku penyanyi yang merilis lagu Seikhlas Hati yang dipersembahkan untuk sang putri.

Namun, dokter kandungan meyakinkannya bahwa meskipun bayinya kehilangan satu lengan, dia sehat. Norfasarie memutuskan untuk mempertahankan anak itu. Ia bahkan berusaha untuk tidak menangis saat melahirkan bayinya.

“Barulah saat saya menyusuinya pertama kali, dia tiba-tiba menggunakan tunggul kanannya untuk mendorong payudara saya menjauh. Itu sangat kuat! Saya terkejut karena saya tidak tahu tunggul kanannya akan begitu kuat. Aku memandangi bayi dalam gendonganku dan menangis tersedu-sedu. Saya hanya menangis, menangis, dan menangis, ”kenang Norfasarie.

Namun, kekuatan bayi perempuannya yang tak terduga itu memberi Norfasarie tekad yang ia butuhkan. Sejak itu, ia memutuskan untuk tidak mau menangis lagi, terutama di hadapan Moza. Norfasarie bertekad untuk membesarkan putrinya sebagai anak normal layaknya anak-anak lain.

Dan itulah yang dilakukan Norfasarie dan suaminya, pesepakbola Singapura Baihakki Khaizan. Ada banyak hal yang tidak bisa Moza lakukan, seperti merangkak. Bahkan ketika ia belajar berjalan, setiap kali jatuh, ia tidak memiliki dua tangan untuk menahan kejatuhannya dan kepalanya akan terbentur.

“Dia ingin belajar berenang, balet, piano, biola, dan gitar, jadi kami membiarkan dia mencoba semuanya. Hari ini, dia berenang dan memainkan piano dengan sangat baik menggunakan tangan kirinya untuk memainkan melodi dan tunggul kanan untuk memainkan akord. Dia gadis yang sangat percaya diri,” kata Norfasarie.

Moza tumbuh sangat kuat dan tangguh sehingga tahun ini, di usianya yang baru 11 tahun, ibunya memutuskan untuk mengajarinya cara menjalankan bisnis, dan bersama-sama meluncurkan Myla Moza, merek aksesori kecil yang menjual schruncies (ikat rambut elastis).

Anak berusia 11 tahun itu mengumpulkan ide-idenya dan mempresentasikannya kepada orangtuanya, termasuk proyeksi tentang berapa banyak yang dapat dihasilkan bisnis dan investasi awal yang dibutuhkan.

Norfasarie awalnya menginvestasikan 5.000 dolar Singapura ke Myla Moza untuk menciptakan branding, dan untuk merancang dan merek dagang logo secara profesional, serta memperoleh produk dan kemasan yang bersumber dari Moza.

Moza menjualnya selama periode perayaan Hari Raya di bulan Mei di Instagram dan TikTok melalui akun @mylamoza. Dia juga menjualnya kepada teman dan kerabat yang mengunjungi rumah tersebut selama masa perayaan.

“Dia menjual 50 kotak sekaligus. Saya agak terkejut bahwa anak saya yang berusia 11 tahun menghasilkan penjualan lebih dari 3.000. Mungkin karena Moza memiliki kemampuan yang unik, dia adalah tenaga penjualan yang sangat baik. Anda bisa tahu dari cara dia berbicara kepada orang-orang,” ujar Norfasarie.

Saat ini, ibu dan anak bekerja bahu-membahu untuk mengembangkan Myla Moza, dengan Moza bekerja sama dalam mencari sumber dan bertukar pikiran untuk ide-ide baru.

“Karena Moza masih muda dan segar, dia tahu apa yang diinginkan teman atau remaja lain dan apa yang sedang tren sekarang,” kata Norfasarie.

Itulah salah satu alasan Norfasarie begitu bertekad untuk mengajari Moza seluk-beluk kewirausahaan. “Saya telah berbisnis selama hampir 12 tahun dan saya yakin ada banyak kualitas dan nilai yang baik dalam kewirausahaan,” ujarnya.

Menurut Norfasarie, menjadi wirausaha membutuhkan banyak kreativitas, kekuatan mental, ketahanan, dan sikap pantang menyerah. Sama seperti dalam hidup, jika seseorang jatuh, ia akan berdiri lagi.

“Itulah kualitas yang ada pada diri Moza, ia memiliki kemampuan yang unik. Saya ingin Moza mengembangkan diri hingga meraih sukses di masa depan dengan caranya sendiri," pungkas Norfasarie, seperti dikisahkan kepada CNA.




Menutup Tahun dengan Prestasi, dr. Ayu Widyaningrum Raih Anugerah Indonesia Women Leader 2024

Sebelumnya

Meiline Tenardi, Pendiri Komunitas Perempuan Peduli dan Berbagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Women