KOMENTAR

SETELAH Pemerintah Indonesia menghapus peraturan PPKM di Tanah Air dan sejumlah negara lain pun mulai ‘membuka diri’ dengan mengurangi pembatasan untuk kehadiran pelancong dari luar negeri, kembali terdengar kabar tentang varian baru COVID-19 yang mengganggu kita.

Varian baru COVID-19 yang menyebar dengan cepat di Amerika Serikat dan sebagian Eropa ini menimbulkan kekhawatiran tentang lonjakan infeksi. Meski demikian, para ahli mengatakan jenis tersebut, meski sangat menular, tampaknya tidak membuat orang sakit lebih parah.

Subvarian Omicron XBB1.5 terbaru disebut sebagai “subvarian paling menular yang telah terdeteksi” menurut seorang pejabat WHO pada Rabu (4/1/2023).

Namun, tidak ada indikasi bahwa itu lebih parah dari versi Omicron sebelumnya, kata ahli epidemiologi penyakit menular Dr Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis COVID-19 WHO.

Para ilmuwan terus mengumpulkan data dan menganalisis XBB1.5, tetapi kekhawatiran utama hanya akan muncul jika subvarian berubah dalam perilaku dan menyebabkan gejala yang meluas dan lebih serius.

“Saya rasa kita tidak perlu terlalu khawatir saat ini karena kita tidak memiliki bukti bahwa varian ini lebih parah,” kata Profesor Ravindra Gupta dari University of Cambridge, seperti dilansir CNA.

Jumlah infeksi di Amerika Serikat berlipat ganda setiap dua minggu, dan XBB1.5 sekarang menjadi varian paling umum di negara tersebut, demikian dilaporkan media Amerika.

WHO mengatakan sejauh ini subvarian telah terdeteksi di setidaknya 29 negara. WHO telah memperingatkan tentang keunggulan pertumbuhannya karena sifatnya yang sangat mudah menular.

Mengapa subvarian XBB1.5lebih cepat menular?

XBB1.5 lebih menular karena mutasi yang memungkinkan virus menempel pada sel manusia dan bereplikasi dengan mudah.

Menurut Prof. Gupta, mutasi pada blok penyusun dalam XBB1.5 meningkatkan kemampuan virus untuk menempel lebih erat ke sel manusia dan menyerangnya.

Mutasi tersebut juga membantu virus menghindari antibodi–protein dari vaksinasi atau diproduksi oleh tubuh setelah infeksi sebelumnya–yang melindungi sel manusia dengan mengidentifikasi dan menetralkan ‘penyerbu asing’ seperti bakteri dan virus.

“Biasanya, mutasi yang memungkinkan virus menghindari antibodi seperti varian induk XBB, membuat virus tidak dapat mengikat dirinya sendiri ke sel manusia secara efektif,” kata profesor mikrobiologi klinis tersebut.

XBB1.5 telah berhasil melakukan keduanya; menemukan resolusi dengan mencapai kedua tujuan untuk (secara bersamaan) menghindari kekebalan dan meningkatkan penularan.

Untuk bisa hidup 'berdampingan' dengan virus corona dan berbagai hasil mutasinya tanpa harus kalah oleh COVID-19, kita tak boleh lengah untuk selalu menjaga kesehatan dengan melaksanakan protokol kesehatan, perilaku hidup bersih sehat, juga melengkapi vaksinasi COVID-19.




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News