Suasana di depan SD Richneck/WTVR
Suasana di depan SD Richneck/WTVR
KOMENTAR

SEORANG anak laki-laki berusia 6 tahun berada dalam tahanan polisi setelah dia menembak seorang guru perempuan  di dalam kelas SD Richneck di Newport News, Virginia, Amerika Serikat pada Jumat (6/1/2023) waktu setempat.

Dikabarkan bahwa penembakan itu bukanlah sesuatu yang tidak disengaja. Sebelumnya, guru dan siswa itu terlibat adu argumen, hingga akhirnya anak laki-laki itu menembakkan senjata api—yang entah dari mana dia dapatkan.

Kepolisian setempat sedang menyelidiki bagaimana anak itu bisa memiliki dan membawa senjata api ke sekolah, termasuk juga menyelidiki latar belakang si anak.

Berita tersebut sontak menjadi perhatian banyak pihak. Selama ini pemerintah daerah di seluruh Amerika Serikat berusaha keras melindungi anak-anak sekolah dari potensi penembakan massal yang merupakan salah satu tindak kriminal yang banyak terjadi.

Bagaimana seorang anak di usia belia bisa menjadi pribadi yang sadis?

Kasus di Virginia tersebut memang bukan kasus pertama seorang anak menembak orang dewasa.

Psikolog: Polisi harus tahu apa yang terjadi di rumah

Lebih dari 14 tahun lalu (2008), ABC melaporkan bahwa FBI pernah menangkap seorang anak laki-laki berusia 8 tahun di Arizona yang menembak ayah dan teman ayahnya.

Menurut FBI, lebih dari 75 persen pelaku penembakan orangtua biasanya berusia praremaja yang memiliki riwayat terkait kasus kekerasan dalam hidupnya.

Namun anak laki-laki itu baru berusia 8 tahun dan setelah diperiksa secara klinis, psikologisnya tidak memperlihatkan adanya trauma.

Psikolog mengatakan bahwa selain pelecehan, penyakit mental, atau bahkan perasaan frustrasi yang sederhana, semuanya dapat memicu seorang anak dan membuatnya membunuh.

Psikolog forensik spesialis pelaku remaja, Naftali Berrill, memaparkan bahwa FBI mesti memahami betul apa yang terjadi pada keluargadi rumah itu. Baru kemudian bisa diketahui dengan pasti alasan si anak bereaksi sesadis itu.

Apakah dia dianiaya? Apakah dia dipukuli? Apakah dia menembak ayahnya karena ayahnya membuatnya frustrasi, karena dia tidak mengizinkannya bermain video game? Berbagai pertanyaan itu harus bisa dijawab lebih dahulu.

Ada yang mengatakan seorang anak berusia 8 tahun kemungkinan besar tidak akan dihukum karena dia tidak memiliki kemampuan untuk memahami tindakannya.

 

"Saya tidak percaya anak berusia 8 tahun memiliki kemampuan untuk melakukan pembunuhan, terutama cara kami mendefinisikannya di bawah hukum AS. Kami tahu tentang cara otak berkembang pada anak-anak dan remaja, tidak mungkin seorang anak berusia 8 tahun cukup tahu tentang konsekuensi melakukan pembunuhan, kata psikolog itu.

Gagasan bahwa seorang anak memikirkan pembunuhan karena hasratnya dihalangi mungkin tampak dibuat-buat. Tetapi pada tahun 1989, seorang anak laki-laki berusia 10 tahun di Houston menembak mati ayahnya dan melukai ibunya setelah mereka tidak membiarkannya pergi keluar untuk bermain.




Jalani Operasi Transplantasi Hati di New Delhi, Ini Kondisi Terakhir Andi Arief dan Fazle Merah Maula

Sebelumnya

Anggota DPR Verrell Bramasta Dorong Perluasan Program Vokasi untuk Optimalkan Pemberdayaan Gen Z

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News