BERBAGAI pihak merasa tidak nyaman dengan semakin gencarnya kampanye LGBT. Perilaku seks menyimpang mereka menjadi alarm bahaya bagi banyak orang. Bukan hanya dosa bagi setiap pribadinya atau penyakit yang mengintai, tetapi juga menjadi ancaman besar bagi eksistensi umat manusia.
Inilah mengapa banyak pihak tidak senang dengan manuver kaum menyimpang ini. Mereka meminta dihormati, tetapi tidak menghormati keyakinan pihak-pihak lain yang lebih mayoritas. Inginnya dihargai, tapi tidak melihat seberapa jauj mereka mengancam keberadaan manusia yang lainnya.
Namun, kaum LGBT terlanjur memperoleh momentum sekaligus meraup berbagai respons, yang melejitkan pamor mereka. Di sinilah pertanyaannya, mengapa penyimpangan malah menjadi hingar-bingar?
Jadi, apa itu LGBT?
Rachmat Kriyantono dalam bukunya Best Practice Humas (Public Relations) Bisnis dan Pemerintah (2021: 10) menerangkan: LGBT adalah orientasi seksual yang menyimpang karena seseorang melakukan hubungan seksual dengan sesama jenis.
Perilaku ini adalah penyakit kejiwaan dan sosial yang ditularkan lewat pergaulan dan sangat dilarang oleh Allah Swt. Jika ada sesama kita yang berperilaku demikian, berikanlah nasihat agar kembali ke jalan-Nya. Jangan justru membully, karena mereka juga ciptaan Allah.
Tetapi, ada baiknya menolak segala bentuk promosi dan propaganda suatu kelompok yang berusaha agar perilaku ini dianggap normal. Sangat disarankan untuk menolak upaya legalisasi perkawinan gay dan lesbian, karena tidak sesuai dengan sifat dasar (fitrah) manusia.
Memang, penyimpangan seperti ini bukanlah hal baru. Surat al-Ankabut ayat 29, yang artinya: “Pantaskah kamu mendatangi laki-laki (untuk melampiaskan syahwat), menyamun, dan mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat pertemuanmu?” Maka, jawaban kaumnya tidak lain hanyalah mengatakan, ‘Datangkanlah kepada kami azab Allah jika engkau termasuk orang-orang benar!”
Mengapa kaum ini malah berani menantang agama, tradisi dan keyakinan dunia?
Jauh sebelumnya, nenek moyang mereka bukan hanya berani mengingkari Nabi Luth, tetapi malah nekat menantang Tuhan agar menurunkan azab. Dan ternyata, azab pedih itu benar-benar diturunkan Allah Swt, yang membinasakannya.
Terkait propaganda yang kian marak, Namora Lumongga dalam buku Konseling Kelompok (2017: 174) menjelaskan: Salah satu penyebab semakin bertambahnya jumlah LGBT adalah dikarenakan pola hidup masyarakat kota yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya sendiri, sehingga rasa kepedulian kepada sekitarnya berkurang. Media hanya memberitakan mengenai isu tersebut, namun belum ada tindakan tegas dari pemerintah dalam mengatasi hal ini, dikarenakan mengacu kepada hak asasi manusia.
Di tengah kepungan derasnya kampanye LGBT, dunia sedang prihatin lantaran angka kelahiran teramat minim dan mulai kalah dengan jumlah kematian. Jumlah anak-anak, kalah dengan jumlah orangtua. Ini jelas mengancam kelangsungan peradaban manusia.
Apa hubungannya dengan LGBT?
LGBT adalah penyimpangan seksual yang tidak memugkinkan terjadinya kehamilan, apalagi kelahiran. Apabila LGBT merajalela, kemungkinan manusia akan punah, sangat besar terjadi.
Dari itulah, setiap kita memikul tanggung jawab moral untuk menjaga diri dan lingkungan dari virus LGBT. Semakin keras golongan ini menuntut pengakuan, maka kita perlu lebih gencar meluruskannya.
KOMENTAR ANDA