TELEMEDISIN menjadi layanan popular di masa pandemi. Layanan yang tetap eksis sampai saat ini memanfaatkan teknologi komunikasi untuk melakukan diagnosis dan perawatan pasien.
Telemedisin kini menjadi solusi bagi para ibu yang cenderung bingung dan terkadang paranoid sendiri saat mencoba self diagnose (diagnosa sendiri) sampai self medication setelah mencari-cari informasi lewat internet.
Tugas penting orangtua adalah mengkritisi, terutama ibu yang menjadi dokter pertama anak. Meskipun konsultasi tatap muka lebih disarankan untuk melihat secara langsung kondisi anak, agar tidak terjadi informasi yang bias.
“Self diagnose dan self medication sudah jadi hal umum. Tapi, biasanya kalau ibu-ibu, semakin banyak dibaca, semakin panik. Misalnya, anak saya kok batuknya tidak sembuh-sembuh, ya? Apa TBC?” kata Dr Messia Pramita, SpA, MSc, mengutip Fimela Ask The Expert.
Karenanya, jika penyakit masih dalam kategori ringan, kemudian terkendala jarak, ada baiknya menggunakan layanan telemedisin. Hanya saja, Bunda perlu tahu dokter mana yang akan dituju, agar tidak terjadi kesalahan.
- Pastikan dokter yang Bunda pilih memiliki surat tanda registrasi (STR) dan izin praktik. Jika memiliki keduanya, artinya ia berhak untuk menyelenggarakan konsultasi telemedisin.
- Perhatikan review dari pasien atau orang yang sudah lebih dulu menggunakan jasa dokter tersebut. Atau, minta rekomendasi dari orang terdekat dan kenalan lainnya.
“Kalau saya pribadi, lebih suka pasien datang langsung, karena bisa jadi kalau ada keluhan, misalnya masalah kulit, kita tidak bisa detil melihatnya karena terpengaruh faktor kamera dari gadget. Tapi kalau tidak bisa datang langsung, tetap harus mengkritisi dokter yang dipilih saat akan telemedisin,” saran Dr Messia.
Lebih lanjut Dr Messia berpesan, penting untuk mengetahui obat apa saja yang wajib tersedia di rumah. Ibu adalah dokter bagi keluarga yang harus siaga memberikan pengobatan.
Namun harus diingat, jangan sampai terjadi self diagnose atau self medication tanpa arahan dokter profesional.
KOMENTAR ANDA