Ilustrasi menasihati anak/Net
Ilustrasi menasihati anak/Net
KOMENTAR

BEBERAPA Bunda secara sadar ataupun tidak, seringkali memanfaatkan rasa bersalah anak untuk beberapa hal. Ucapan seperti, “Sudah disekolahkan mahal-mahal, diikutkan les macam-macam, kok nilainya masih jelek?” merupakan salah satu contoh memanfaatkan rasa bersalah anak.

Guilt trip, istilah ini merujuk pada suatu bentuk manipulasi dengan cara mempermalukan atau menyalahkan anak untuk meyakinkan mereka melakukan sesuatu atau memenuhi permintaan.

Pola asuh seperti ini tentu saja tidak baik, karena bukan perasaan bersalahnya yang menjadi sisi negatif, namun bagaimana anak merasa bersalah, itulah yang perlu dipahami. Padahal, wajar bagi seorang anak melakukan kesalahan.

Perasaan bersalah menjadi masalah, ketika orangtua atau seseorang berusaha membuat anak merasa bersalah atau malu untuk mendapatkan sesuatu darinya.

Ada dua alasan mengapa orangtua melakukan guilt trip pada anak, yaitu tidak sadar telah melakukannya atau itu mungkin sesuatu yang mereka alami sebagai seorang anak dan akhirnya mereka jatuh ke dalam praktik yang sama setelah menjadi orangtua.

“Menggunakan rasa bersalah sebagai strategi mengasuk anak, berarti memanfaatkan keinginan anak untuk menyenangkan orangtua. Mereka yang merasa tidak mampu mengendalikan perilaku anak dengan cara lain terkadang akan menggunakan rasa bersalah sebagai upaya untuk mewujudkan perilaku yang diinginkan atau menghentikan perilaku yang tidak diinginkan,” kata konselor klinis professional di Kaufman Rees Resources, Lorie Kauman Rees, MA MFCS PCC.

Jika memang demikian, maka ada konsekuensi dari guilt trip ini:

  • Anak merasa malu dan tidak pantas.
  • Anak-anak akan berjuang dengan harga diri yang rendah.
  • Lebih rentan terhadap tekanan teman sebaya.
  • Lebih cenderung terlibat persahabatan atau hubungan yang tidak sehat.

Strategi pengasuhan ini juga tidak efektif, karena anak tidak benar-benar menyadari kesalahannya. Jika hal itu terus terjadi, anak lebih cenderung melakukan kesalahan secara berulang.

Apabila guilt trip ini diterapkan pada anak remaja, maka mereka akan meresponnya dengan 2 cara ini, yaitu:

  1. Anak akan menjadi people pleaser dan menganggap saran adalah kritik terhadap pribadinya.
  2. Anak akan mengadopsi cara tersebut saat menjadi orangtua nanti.

Karenanya, cegah atau hentikan guilt trip ini dengan cara jelaskan kebutuhan dan keinginan orangtua secara spesifik. Bangun hubungan, bukan harapan. Bertanggung jawablah atas perasaan sendiri dan pahami emosinya.

Kuncinya adalah bertanggung jawab atas kesalahan kita dan meminta maaf. Itu contoh terbaik yang dapat kita buat untuk mencegah anak-anak tumbuh dalam rasa bersalah dan menyalahkan diri sendiri.




Mengajarkan Anak Usia SD Mengelola Emosi, Ini Caranya

Sebelumnya

Jadikan Anak Cerdas Berinternet Agar Tak Mudah Tertipu Hoaks

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Parenting