Pengungsi perempuan dan anak-anak Rohingya di Aceh/ Euronews
Pengungsi perempuan dan anak-anak Rohingya di Aceh/ Euronews
KOMENTAR

SAAT ini ada 1.500 migran etnis Rohingya yang terdaftar di Indonesia dan ditangani oleh Badan PBB untuk Pengungsi (UNHCR).

Jumlah tersebut didapat setelah dalam tiga bulan terakhir, Indonesia menerima tambahan 644 pengungsi Rohingya yang terdampar dalam perjalanan dari kamp pengungsian di Bangladesh ke negara lain demi mendapat penghidupan yang layak.

Menyikapi gelombang pengungsi Rohingya di Indonesia, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menegaskan bahwa penyelesaikan masalah pengungsi Rohingya kian sulit dilakukan.

“Isu Rohingya tidak dapat diselesaikan dengan baik jika akar masalah di Myanmar tidak diselesaikan,” ujar Menlu dalam Pernyataan Pers Tahunan Menlu RI 2023, di Jakarta (11/1/2023).

Diketahui bahwa pada tahun 2017, lebih dari 700 ribu warga Rohingya telah melarikan diri dari kampung halaman mereka di wilayah Rakhine.

Mereka kabur untuk menghindari penumpasan yang dilakukan militer Myanmar terhadap etnis yang tidak diakui sebagai warga negara tersebut.

Para pengungsi Rohingya kemudian mencari perlindungan di Bangladesh dan tinggal di kamp-kamp pengungsian yang kumuh dan berisiko tinggi terhadap berbagai penyakit. Tahun demi tahun, proses repatriasi terkatung-katung tanpa kejelasan. Tidak ada kemajuan dalam kerja sama Bangladesh-Myanmar.

Terkait pengungsi internasional, Indonesia tidak bisa memberikan suaka bagi para pengungsi Rohingya karena belum meratifikasi Konvensi Pengungsi 1951.

Meski demikian, Indonesia tidak pernah menutup mata terhadap tragedi kemanusiaan. Termasuk untuk mengizinkan pengungsi Rohingya yang terdampar di Aceh untuk turun dari perahu mereka.

“Itu salah satu prinsip yang kita pegang saat ini. Kita juga bekerja sama dengan IOM (International Organization Migration) dan UNHCR, itu yang perlu kita lakukan,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Teuku Faizasyah.

Kondisi politik dalam negeri Myanmar bahkan memburuk, setelah kudeta militer terjadi pada 1 Februari 2021.

Dengan kembali berkuasanya militer di tampuk pemerintahan, keinginan warga Rohingya untuk kembali pun kian surut. Mereka takut mereka akan kembali diburu.




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News