SEBANYAK 1.500 pengungsi Rohingya yang terdampar di Indonesia, lima kapal yang sampai ke wilayah perairan Aceh, pada dasarnya sedang berjuang untuk mencari kehidupan yang lebih layak.
Hal itu disampaikan Legal Associate UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees) Indonesia Diovio Alfath saat meninjau pengungsi Rohingya di Aceh Besar.
“Mereka pergi demi mendapat kehidupan lebih aman dan lebih layak karena di Bangladsh kondisinya lebih buruk,” ujarnya (10/1/2023)
UNHCR berkoordinasi dengan pemerintah Indonesia dan pemerintah daerah demi mengupayakan terpenuhinya kebutuhan dasar para pengungsi. Mereka telah mengalami hidup terlunta-lunta di kamp pengungsian yang kumuh dan rentan penyakit selama di Bangladesh.
UNHCR berusaha untuk selalu memberi perhatian, bantuan, juga asesmen perlindungan internasional dalam menangani pengungsi di mana pun berada.
Dalam kurun tiga bulan terakhir, diketahui ada 644 pengungsi Rohingya yang masuk ke wilayah Aceh. Mulai dari Aceh Utara, Pidie, hingga Aceh Besar.
Pada November-Desember 2022 sebanyak 460 orang dan di awal tahun 2023 sebanyak 184 orang terdampar di Aceh Besar.
Sampai kapan para pengungsi Rohingya menetap di Indonesia?
Indonesia diketahui tidak bisa memberi suaka karena belum meratifikasi Konvensi Pengungsi 1951. Namun Indonesia selalu bekerja sama dengan UNHCR dan IOM dengan menerima pengungsi internasional yang menjadi korban kekerasan kemanusiaan.
Kondisi kesehatan fisik dan psikologis tentunya harus menjadi prioritas utama. Untuk itulah penting menjaga kamp pengungsian agar selalu bersih demi menghindari penyakit. Terlebih lagi saat ini dunia belum bisa 100 persen terlepas dari pandemi COVID-19.
Selain memenuhi kebutuhan dasar untuk kehidupan sehari-hari para pengungsi, kita berharap UNHCR bisa memenuhi kebutuhan pendidikan bagi anak-anak dengan membuka kelas-kelas sesuai tingkatan usia mereka.
Demikian pula bagi para perempuan, diberikan latihan keterampilan yang bisa membantu rutinitas mereka sehari-hari. Mereka harus bisa memanfaatkan hari-hari mereka untuk tidak berpangku tangan. Mereka bisa mendapat pelatihan usaha yang bisa mereka kerjakan dari kamp pengungsian untuk mandiri secara finansial.
Dan yang terakhir, selain trauma healing, mereka harus mendapat pencerahan rohani. Menguatkan keimanan dan menumbuhkan semangat menjadi manusia tangguh untuk bisa melewati semua cobaan hidup dengan kekuatan hati.
KOMENTAR ANDA