MEMPRIHATINKAN, Nur Riska Fitrianingsih (Riska), seorang mahasiswi Universitas Negeri Yogyakarta, harus mengubur impiannya untuk bisa menyelesaikan kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Riska baru saja menghembuskan napasnya pada 9 Maret 2022.
Cerita tentang mahasiswi tersebut viral sejak salah satu teman almarhumah sekaligus kakak tingkat sang mahasiswi, Rachmad Ganta Semendawai (24). Dalam cuitan twitternya, 11 Januari 2023, Rachmad menceritakan kepahitan perjuangan Riska untuk bisa membayar uang kuliah tunggal (UKT) agar bisa melanjutkan studinya.
Ganta mengungkap, Riska merupakan anak penjual sayur dengan gerobak di pinggiran jalan, berasal dari Purbalingga. Orangtua Riska harus menghidupi lima anak, yakni Riska serta keempat adiknya, yang belum lulus sekolah.
Sejak awal masuk kuliah, Riska sudah dihadapkan pada nominal UKT yang tinggi. Ia sempat mengajukan permohonan keringanan biaya dengan mengisi pendapatan orangtua sesuai dengan kondisi ekonomi keluarganya.
Namun sayangnya, saat diminta mengunggah berkas, Riska tidak memiliki laptop dan akhirnya ia meminjam gawai milik tetangganya. Karena gawai tetangganya bukanlah android yang canggih, akhirnya berkas Riska tidak terkirim. Dan pada akhirnya, nominal UKT yang harus ia tanggung sebesar 3,14 juta rupiah per semesternya.
Terkendala tingginya UKT, Riska hampir mengubur mimpinya untuk melanjutkan kuliah. Karena walaupun diterima, ia tetap tidak bisa kuliah jika tidak membayar UKT.
Tapi remaja itu tidak menyerah, ia berusaha kembali mendapatkan keringanan UKT. Sayangnya, upayanya kandas karena birokrasi. Beruntung guru-guru di sekolahnya membantunya.
Pada saat kuliah, Riska sangat berhati-hati dalam menggunakan uangnya. Dia harus berjalan kaki dari kosnya di daerah Pogung, karena tidak memiliki biaya untuk menggunakan ojek online. Riska pernah terpaksa makan hanya menggunakan abon atau mie instan pemberian temannya.
Pada semester dua, pihak kampus menyanggupi keringanan UKT namun hanya berkurang 600 ribu rupiah. Riska kembali mengalami kendala pembayaran UKT pada semester tiga. Padahal, ia sudah berjuang dengan bekerja paruh waktu dan menghemat pengeluarannya.
Informasi terakhir yang diterima Ganta, Riska mengajukan cuti dan tidak pernah muncul di sekolah lagi, hingga tiba-tiba muncul kabar bahwa ia sedang kritis di rumah sakit karena hipertensi, hingga akhirnya meninggal dunia.
Kisah Riska menunjukkan salah satu potret pilu perjuangan mahasiswa yang memiliki semangat juang tinggi dalam menimba ilmu, namun harus kandas terbentur biaya pendidikan yang tinggi. Dan, cerita ini seharusnya bisa menyadarkan kaum milenial yang memiliki banyak kemudahan agar lebih bersemangat menyongsong masa depan.
KOMENTAR ANDA