Ilustrasi imunisasi anak/Net
Ilustrasi imunisasi anak/Net
KOMENTAR

KEJADIAN Luar Biasa (KLB) campak di Indonesia memang sudah sangat memprihatinkan. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), KLB muncul karena cakupan vaksinasi atau imunisasi campak pada anak mengalami penurunan selama pandemi.

Sebenarnya, peta risiko akan terjadinya KLB, sudah diprediksi. Karenanya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menggelar dan menggalakkan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN), yang diutamakan bagi daerah di luar Pulau Jawa, yang petanya semua berwarna merah.

Menurut data Kemenkes RI, pada 2020 cakupan imunisasi campak mencapai 84,2 persen dan mengalami penurunan pada 2021 menjadi 79,6 persen. Jumlah anak yang tidak mendapat imunisasi dasar lengkap selama kurun 2019 hingga 2021 adalah 1.714.471 anak.

“Jumlah tersebut terbilang besar dan berisiko tinggi dalam menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) pada penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi. Penyakit-penyakit tersebut di antaranya adalah difteri, tetanus, campak, rubella, dan polio,” kata dr Vicka Farah Diba, Msc SpA, dokter RS JIH Yogyakarta kepada Farah.id, Sabtu (21/1).

Sementara itu, Ketua Unit Koordinasi Kerja (UKK) Infeksi dan Penyakit Tropis Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr dr Anggraini Alam, SpA (K) menjelaskan, sejak 2015 cakupan vaksinasi terus menurun, hingga 2021 menyusut drastis, salah satunya efek pandemi COVID-19.

“Semakin banyak yang tidak divaksinasi, semakin rentan risiko terinfeksi. Kekebalan pada infeksi juga bisa 'lupa' karena tidak melanjutkan vaksinasi, atau dinamakan immunological amnesia. Apalagi, kasus campak dapat berpotensi menjadi wabah,” ujar dia.

Vaksinasi atasi KLB Campak

Faktor risiko utama tertular campak adalah karena tidak divaksinasi. Selain itu, beberapa kelompok berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi akibat infeksi campak, termasuk anak kecil, orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, dan wanita hamil.

Di Indonesia, vaksin pertama campak rubella diberikan pada bayi 9 bulan. Sedangkan di Amerika Serikat, vaksin tidak akan diberikan pada bayi sampai mereka berusial minimal 1 tahun. Karenanya, bayi di bawah usia tersebut dianggap paling rentan terinfeksi.

Mengutip Healthline, anak-anak di bawah usia 5 tahun lebih mungkin mengalami komplikasi akibat campak. Komplikasi ini dapat berupa pneumonia, radang otak, dan infeksi telinga yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran.

Yuk, Ayah Bunda segera lengkapi jadwal vaksinasi anak untuk cegah terjadinya wabah, kecacatan dan kematian.




Hindari Cedera, Perhatikan 5 Cara Berlari yang Benar

Sebelumnya

Benarkah Mengonsumsi Terlalu Banyak Seafood Bisa Berdampak Buruk bagi Kesehatan?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Health