ANGKA Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tergolong tinggi. Di antara negara-negara ASEAN, Indonesia menempati urutan ketiga setelah Myanmar dan Laos, yaitu sebesar 305 kematian dari 100 ribu kelahiran hidup. Adapun provinsi yang memiliki AKI terbesar adalah Jawa Barat yaitu sebanyak 147 orang dari 1.000 kelahiran hidup.
Dikutip dari website resmi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), berikut ini “3 Terlambat & 4 Terlalu” yang menjadi faktor penyebab tingginya AKI.
3 Terlambat
- Terlambat mengambil keputusan sehingga
Umumnya hal ini disebabkan karena pasangan suami istri dan keluarganya terlambat mengambil keputusan untuk mencari pertolongan medis ataupun terlambat untuk memutuskan tindakan apa yang akan diambil untuk menyelamatkan ibu dan anak.
- Terlambat mencapai tempat pelayanan kesehatan.
Hal ini umumnya terjadi di daerah terpencil. Para Ibu hamil yang sedang berada dalam keadaan darurat terkendala transportasi sehingga tidak dapat segera mencapai tempat pelayanan kesehatan.
- Terlambat mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan
Hal ini dapat disebabkan karena terbatasnya sarana kesehatan dan sumber daya tenaga medis di wilayah tersebut.
4 Terlalu
- Terlalu muda melahirkan (usia < 21 tahun).
Beberapa faktor penyebab terlalu muda melahirkan antara lain adalah pernikahan dini dan kehamilan di luar nikah pada usia sekolah akibat pergaulan yang terlalu bebas.
- Terlalu tua melahirkan ( > 35 tahun).
- Terlalu sering melahirkan (> 2 anak).
- Terlalu dekat jarak kelahiran (< 3 tahun).
WHO menyebutkan bahwa sebanyak 75% AKI disebabkan oleh komplikasi pendarahan yang hebat saat melahirkan, infeksi yang terjadi pasca persalinan, tekanan darah tinggi (pre-eclampsia), juga komplikasi persalinan dan tindakan aborsi yang tidak aman.
Melihat tingginya AKI, Indonesia berupaya untuk menurunkan angka tersebut dengan target kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup.
Berbagai upaya dilakukan untuk percepatan penurunan AKI salah satunya adalah dengan meningkatkan edukasi terhadap masyarakat mengenai pentingnya perencanaan keluarga serta mendorong pelibatan laki-laki, yaitu dengan Gerakan Suami Siaga.
KOMENTAR ANDA