ADA-ada saja yang dituntut pihak musyrikin terhadap Rasululullah, dan seringkali yang dipinta hal-hal yang tidak masuk logika. Apalagi tujuan tuntutan aneh mereka itu kalau bukan memperolok-olok Nabi Muhammad. Salah satunya, mereka meminta beliau membelah rembulan.
Permintaan macam itu tidak masuk akal, hanya sekadar menantang Rasulullah untuk sesuatu yang siapapun tidak akan mampu. Atas daya dan upaya manusia memang tidak mungkin, lain ceritanya bila atas kehendak Allah Swt, maka apa saja bisa terjadi.
Yusuf bin Abdurrahman dalam bukunya The Miracle of Science (2020: 112-113) menceritakan: Pada waktu itu, orang-orang musyrik berkata, “Wahai Muhammad, kalau engkau benar nabi dan rasul, coba tunjukkan kepada kami satu kehebatan yang bisa membuktikan kenabian dan kerasulanmu?”
Rasulullah bertanya, “Apa yang kalian inginkan?”
Mereka menjawab, “Coba belah bulan!”
Maka, Rasulullah pun berdiri dan terdiam, lalu berdoa kepada Allah agar menolongnya. Lalu, Allah memberi tahu Nabi Muhammad agar mengarahkan telunjuknya ke bulan. Maka, Rasulullah pun mengarahkan telunjuknya ke bulan, dan terbelahlah bulan itu dengan sebenar-benarnya.
Maka, serta-merta orang-orang musyrik pun berujar, “Muhammad, engkau benar-benar telah menyihir kami!”
Niat semula pihak musyrikin hanyalah mengejek kenabian Rasulullah. Sebagai bahan olok-olokan, dipintalah bukti berupa aksi membelah rembulan. Tidak disangka, permintaan yang tak masuk akal bisa menjadi nyata, sebagai bukti kebesaran Allah Swt Orang-orang itu pun terkaget-kaget, menyaksikan sutau mukjizat yang tiada terduga.
M. Quraish Shihab pada bukunya Membaca Sirah Nabi Muhammad (2018: 383) menerangkan: Dalam pandangan ulama-ulama hadis, salah satu bukti indrawi yang terjadi melalui Nabi Muhammad Saw adalah terbelahnya bulan. Ulama menyatakan bahwa suatu ketika pada masa Nabi Saw, bulan pernah terbelah dua.
Sahabat Nabi Saw, Ibnu Mas’ud berkata, suku Quraisy di Mekah meminta kepada Nabi Muhammad bukti kebenaran risalahnya dengan membelah bulan. Maka Allah mengabulkan permintaan itu dan bulan pun terbelah sebelah, terlihat di sebelah kanan gua Hira dan belahan kedua di sebelah kirinya.(HR. Bukhari)
Riwayat menyangkut peristiwa ini sangat populer. Sekian banyak sahabat Nabi memberitakannya, antara lain Anas bin Malik, Ibnu Umar, Hudzaifah, Jubair ibn Muth’im, Ibnu Abbas, dan lain-lain.
Indah sekali cara Tuhan memberikan mukjizat kepada Nabi-Nya, sehingga bulan bukan sekadar terbelah, melainkan dipisahkan dalam jarak yang meyakinkan bagi pandangan mata. Peristiwa ini membuat keimanan kalangan mukminin semakin kokoh, sebab kalau bukan atas izin Allah tidaklah mungkin yang demikian dapat terjadi. Orang-orang yang semula ragu-ragu dengan agama Islam, langsung memeluk agama Ilahi ini.
Sayangnya, orang-orang yang mengajukan permintaan itu menolak mukjizat ini dan menganggap Nabi hanyalah tukang sihir, dengan menuduh bahwa beliau telah melemparkan ajian sihir kepada mereka. Sebaliknya. kaum mukmin bergembira, dan beberapa orang yang ragu-ragu akhirnya masuk Islam.
Tuduhan Nabi Muhammad telah mempraktikkan sihir tentunya tidaklah beralasan, bahkan terbantahkan dengan mudah. Karena sihir hanya mengenai orang-orang terdekatnya saja, dan sihir tidak akan mengenai orang-orang berjauhan.
Maka dilakukanlah pembuktian atas kebenaran mukjizat membelah bulan tersebut. Orang-orang musyrikin menanti kedatangan para kafilah dagang yang pulang dari daerah-daerah yang jauh. Saat berjumpa mereka pun mengakui sudah melihat peristiwa bulan terbelah dua.
Yusuf bin Abdurrahman dalam bukunya The Miracle of Science (2020: 112-113) mengungkapkan: Akan tetapi, para ahli mengatakan bahwa sihir memang benar bisa saja “menyihir” orang yang ada di sampingnya, akan tetapi tidak bisa menyihir orang yang tidak ada di tempat itu.
Maka, mereka pun menunggu orang-orang yang akan pulang dari perjalanan. Lalu, orang-orang Quraisy pun bergegas menuju keluar batas kota Mekah menanti orang yang baru pulang dari perjalanan.
Dan, ketika datang rombongan yang pertama kali dari perjalanan menuju Mekah, orang-orang musyrik pun bertanya, “Apakah kalian melihat sesuatu yang aneh dengan bulan?”
Mereka menjawab, “Ya, benar. Pada suatu malam yang lalu, kami melihat bulan terbelah menjadi dua dan saling menjauh masing-masingnya, kemudian bersatu kembali.”
Akhirnya, sebagian mereka pun beriman, sedangkan sebagian lainnya tetap kafir (ingkar).
Demikianlah Allah Swt melindungi Nabi Muhammad dari olok-olokan kaum musyrikin. Hanya atas kebesaran Allah, mukjizat tersebut dapat terjadi.
Akan tetapi segalanya kembali lagi kepada kualitas iman masing-masing. Orang-orang dapat bertambah kekuatan imannya setelah mengetahui mukjizat bulan terbelah, tetapi akan ada saja yang mengingkarinya.
KOMENTAR ANDA