STUNTING merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak. Kondisi ini diakibatkan oleh gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak optimal. Anak yang mengalami stunting rentan sekali terserang berbagai penyakit.
Salah satu penyakit yang diyakini rawan menyerang adalah tuberkulosis atau TBC. Penyakit menular ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis. TBC menyerang paru-paru dan organ lainnya, salah satunya tulang.
Mengutip salah satu media daring nasional, ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia Piprim Basarah Yanuarso menyebut, stunting dialami oleh sebagian anak Indonesia. Bahkan satu dari empat anak Indonesia atau 24 persennya, mengalami stunting. Saat stunting terjadi, anak biasanya memiliki tinggi dan ukuran tubuh yang kecil pendek, juga malnutrisi yang cukup kronik.
“Stunting itu gampangnya adalah perawakan pendek yang diatur oleh faktor nutrisi atau infeksi kronik. Stunting bisa terjadi saat anak kekurangan asam amino. Zat ini biasanya didapat dari protein hewani yang dikonsumsi anak. Jika anak mengalami stunting, artinya asam amino yang didapat anak sangat rendah,” jelas Piprim.
Perihal TBC pada anak stunting, bisa saja terjadi. Stunting merupakan gangguan gizi kronis, karena itu memiliki kaitan yang erat dengan TBC. Sebab, kekurangan gizi atau malnutrisi menjadi salah satu faktor risiko penyakit tuberkulosis.
Mencegah TBC pada Anak Stunting
Hal yang paling utama untuk dilakukan dalam mencegah TBC pada anak adalah dengan rutin memeriksakan pertumbuhan dan berat badannya. Sebab, anak yang mengalami stunting gizinya masih dapat diperbaiki sebelum berusia 2 tahun.
Anak-anak juga berisiko lebih tinggi tertular jika tinggal bersama dengan pengidap TBC. Karenanya, penting bagi orang tua untuk rutin memeriksakan kondisi kesehatannya. Sebab, TBC bisa saja bersifat laten, sehingga tidak menunjukkan gejala.
Jika ada anak atau orang tua yang sudah terkonfirmasi memiliki penyakit TBC aktif, kondisi ini harus segera diobati. Pengobatan yang dilakukan akan melibatkan konsumsi sejumlah obat selama 6 sampai 12 bulan.
Penting untuk meminum semua obat yang diresepkan, sepanjang waktu. Bahkan jika pengidapnya sudah merasa lebih baik. Sebab, jika konsumsi obat tidak dilakukan sesuai anjuran dokter, pengidap TBC yang sudah merasa lebih baik, bisa sakit lagi.
KOMENTAR ANDA