MENTERI Keuangan Sri Mulyani 'menangkis' pendapat sejumlah lembaga internasional yang memproyeksi ekonomi dunia akan melemah sepanjang tahun 2023 dan berisiko resesi global. Proyeksi tersebut mencuat seiring melemahnya perekonomian di Amerika Serikat dan negara-negara Eropa.
"Kalau tadi disebutkan Indonesia situasinya tidak baik-baik saja, mungkin saya koreksi, yang tidak baik-baik saja di sana (AS dan Eropa)," ujar Menkeu saat Kuliah Umum Kondisi Ekonomi dan Fiskal Indonesia di Tahun Politik (3/1/2023).
Kedua wilayah tersebut tertekan oleh pandemi dan konflik geopolitik. Menurut Menkeu Sri Mulyani, Inggris sekalipun, yang selama ini diyakini sebagai negara dengan ekonomi kuat ternyata situasinya sedang tidak baik-baik saja.
Tingginya harga komoditas energi dan pangan membuat dua wilayah itu mengalami lonjakan inflasi. Eropa bahkan pernah mencapai angka 10,6 persen.
Hal itu menyebabkan bank-bank sentral menekan inflasi dengan menaikkan suku bunga. Dan tren kenaikan suku bunga itulah yang pada akhirnya melemahkan perekonomian AS dan Eropa.
Permintaan yang tinggi setelah pandemi terkendali secara global tidak bisa diimbangi ketersediaan pasokan akibat konflik geopolitik. Akibatnya kenaikan harga yang tajam tak bisa dihindari karena terganggunya rantai pasok global.
Persoalan itu kemudian merambat ke krisis pangan dan krisis energi di berbagai belahan dunia yang akhirnya memperburuk inflasi pascapandemi.
Dikatakan Sri Mulyani, kondisi tersebut berbeda dengan yang terjadi di Tanah Air. Pandemi terkendali dan laju inflasi terbilang moderat di angka 5,51 persen pada tahun 2022. Ditambah lagi, terjadi pertumbuhan ekonomi pada 3 kuartal 2022 yaitu di kisaran 5 persen.
Sri Mulyani memastikan bahwa pemerintah Indonesia akan terus mewaspadai perkembangan global agar bisa menemukan strategi tepat menghadapi komplikasi masalah ekonomi global.
Tak hanya soal ekonomi, pemerintah juga akan terus memantau aktivitas new normal agar imunitas masyarakat tetap terjaga.
KOMENTAR ANDA