SETIAP tahun, jumlah penderita dan kematian akibat kanker terus bertambah, salah satunya disebabkan hanya sebagian kecil yang bisa mengakses pengobatan.
Menurut data GLOBOCAN 2018, di Indonesia ada 348.809 orang penderita kanker baru dalam satu tahun. Kanker payudara sekitar 58 ribu kasus, kanker leher rahim 32 ribu kasus, kanker paru 30 ribu kasus, dan kanker usus besar 30 ribu kasus, dengan 207 ribu kasus kematian akibat kanker.
Kemenkes berkomitmen menutup kesenjangan layanan kanker dengan melakukan transformasi layanan rujukan. Lewat transformasi ini, layanan kanker ditingkatkan mulai dari edukasi, pencegahan, deteksi dini, diagnosis, hingga proses pengobatan.
Kapasitas fasilitas pelayanan kesehatan juga ditambah melalui pemenuhan SDM Kesehatan berkualitas dan alat kesehatan yang canggih dan modern. Targetnya, 34 provinsi memiliki fasilitas radioterapi, sementara 514 kabupaten/kota punya layanan kemoterapi.
“Lewat upaya ini, diharapkan bisa memberikan layanan kanker yang lebih baik bagi masyarakat di seluruh Indonesia,” kata Menkes Budi Gunadi Sadikin, saat menghadiri peringatan Hari Kanker Se-Dunia di Hotel Shangri-La, Jakarta, Sabtu (4/2).
Lebih lanjut, Menkes mengajak seluruh masyarakat untuk berani melakukan pemeriksaan kesehatan sebagai upaya deteksi dini kanker. Langkah reflektif dari pemerintah sudah berjalan, seperti penyediaan alat pemeriksaan kanker, pemerataan penyebaran alat kesehatan, serta beasiswa untuk dokter umum dan spesialis kanker. Namun, masih sangat diperlukan penguatan pada upaya promotif di masyarakat.
Selain itu, Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologis Radiasi Indonesia (PORI), bekerjasama dengan Pelayanan Kanker Terpadu Instalasi Pelayanan Onkologi Radiasi RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan institusi lainnya menyampaikan komitmen untuk membantu pemerintah dalam mengedukasi kanker di 514 kabupaten dan kota di seluruh Indonesia.
“Yuk, bantu kementerian kesehatan bersama-sama untuk melakukan sosialisasi, edukasi, promosi, untuk deteksi kanker ini. Aku butuh tenaga dan energinya untuk bantu masyakarat,” lanjut Menkes.
Kanker yang ditemukan pada stadium awal diyanini bisa meningkatkan peluang kesembuhan 80 hingga 90 persen. Salah satu upayanya melalui deteksi dini, yang gdapat dilakukan dengan beberapa metode, seperti SADANIS (pemeriksaan payudara secara klinis) dan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri). Ini untuk kasus kanker payudara.
“Gimana supaya bisa mengedukasi wanita Indonesia supaya jangan takut mamografi kanker. Yuk, deteksi dini kolonoskopi begitu kamu 50 tahun. Yuk, tes HPV DNA, toh bisa dilakukan sendiri. Hal seperti ini tidak bisa Kemenkes lakukan sendiri. Harus bergandeng bersama,” demikian Budi.
KOMENTAR ANDA